
Tokoh pemuda Karo
Roy Fachraby Ginting SH :
Kasus suspect flu burung
di Karo sengaja dipolitisir
pihak tertentu
untuk kepentingan
jangka pendek
Kasus suspect flu burung di Tanah karo tidak sewajarnya dijadikan obyek dan proyek bagi pihak-pihak terkait. Hal itu ditegaskan tokoh pemuda Karo Roy Fachraby Ginting SH dan Ketua Permata (kaum pemuda gereja) Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Pusat Benyamin Pinem ST, secara terpisah di Medan kepada wartawan, Senin (5/6). Menurut Roy, masyarakat Karo sejak munculnya kasus suspect flu burung di daerah itu menjadi bingung karena banyaknya statement yang diungkapkan pejabat pemerintah. Statement yang dikeluarkan sering saling berbenturan serta kerap tidak dapat diterima logika masyarakat. “Masyarakat Tanah Karo bingung, ini tidak mengada-ada. Awalnya Menteri Kesehatan langsung memvonis meninggalnya beberapa warga Kubu Simbelang akibat flu burung yang masuk ke Karo dari pupuk kandang. Tapi argumennya itu dibantah lagi dengan komentar bahwa flu burung itu bukan dari pupuk kandang”, kata Roy. Kemudian Menkes mengatakan, virusnya dari unggas ayam, padahal ayam di Karo menurut hasil pemeriksaan tidak ada yang terjangkit virus, akibatnya masyarakat jadi bingung. “Kami menilai, pemerintah terlalu mudah mengambil kesimpulan dan kurang mantap dengan argumennya sendiri, sebab statementnya tidak disertai data dan fakta yang jelas bagi masyarakat”, ujarnya. Keputusan pemerintah untuk memusnahkan seluruh unggas di Karo katanya, wajar ditentang karena logika masyarakat sejalan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya bahwa ayam di Karo tidak terjangkit virus atau penyakit. “Bupati dan para pejabat sudah makan ayam bersama masyarakat waktu lalu warga datang ke Kantor Gubernur dan DPRD Sumut sambil memakan ayam, tidak ada apa-apa. Buktinya lagi, anggota-anggota dewan yang ikut makan ayam itu juga sehat-sehat saja. Gubernur dan rombongannya datang ke Kubu Simbelang juga tanpa pakai masker, tidak ada masalah apa-apa. Tapi sekarang ada keputusan untuk memusnahkan unggas di Karo, ini agak sulit diterima masyarakat”, ujar Benyamin. Menurut Roy, mengikuti perkembangan dan penanganan masalah suspect flu burung oleh pemerintah dari awal, ada sementara asumsi bahwa kasus suspect flu burung sengaja dipolitisir pihak tertentu untuk kepentingan jangka pendek, dalam hal ini demi mengalirnya dana bantuan dan sumbangan dari pihak luar termasuk organisasi kesehatan dunia (WHO). “Harga yang harus dibayar masyarakat Tanah Karo terlalu mahal untuk dijadikan sekedar sebuah proyek kasus dugaan flu burung. Cepat atau lambat cap sebagai daerah positif terkena flu burung ini akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat, ekonomi dan pertanian rakyat serta pariwisata daerah Karo, yang semuanya pada akhirnya akan berakibat pada kemiskinan masyarakat Kabupaten Karo. Harga ini terlalu mahal”, tandas Roy. Benyamin menilai, pemerintah harus benar-benar mengambil kesimpulan yang disertai argumen yang kuat tentang permasalahan suspect flu burung ini. “Jangan asal keluar statement, padahal disadari atau tidak itu dapat berdampak besar bagi Kabupaten Karo di masa mendatang”, ujarnya. Sekedar mengingatkan, hingga kini sudah tujuh warga Desa Kubu Simbelang Kabupaten Karo tewas, diduga akibat flu burung. Ketujuh korban yang masih satu keluarga besar tersebut masing-masing Fuji br Ginting (40 tahun, meninggal 4 Mei), Roy Karo-karo (19, 9 Mei), Anita br Ginting (29, 11 Mei), Boni Karo-karo (20, 12 Mei), Rafael Ginting (8, 13 Mei), Benata Ginting (2, 14 Mei) dan Dones Ginting (23, 22 Mei). Sementara salah seorang pasien lain, Jones Ginting, kondisinya makin membaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar