Rabu, 16 April 2008
Puisi Pertobatan
Tuhan… !!!
hanya pada-Mu tempatku meminta dan memohon ampun…
Kehidupanku selama ini telah membuat-Mu marah kepadaku….
Dunia kehidupan telah membawaku pada kenikmatan-kenikmatan duniawi yang amat semu dan hampa, hingga lupa pada semuanya…
Dalam keadaan itu, aku selalu kecewa dengan pilihan2ku dan rencanaku yg semuanya gagal.
Aku marah pada Tuhan…
tak mengerti mengapa Tuhan seolah-olah membenciku…
mengapa aku dibiarkan menderita terus-menerus ?
Apakah dosaku memang tak terampuni,sehingga harus kutebus dengan penderitaan yang tiada berkesudahan?
Pemikiran-pemikiran itu sempat berkecamuk di dalam hatiku.
Namun Tuhan adalah Sang Maha Berkehendak.
Dia Maha Kuasa.
Rencana-Nya hanyalah milik-Nya.
Pada saat aku merasakan dunia seolah menindih dan membuatku tak dapat bernafas karena berada pada titik penderitaan tertinggi, Tuhan datang mengulurkan tangan-Nya.
Saat itulah, aku berada pada penyerahan diri hanya kepada-Nya. Yang kutahu hanyalah aku tak memiliki siapapun untuk berpaling meminta pertolongan.
Tuhan itu Maha Pengampun.Tak kuduga, Tuhan mengampuniku…
Tuhan menyelamatkan kehidupanku, walaupun harus ku bayar mahal dengan penderitaan dan hinaan…
Aku berserah diri sepenuhnya hanya kepada-Nya.
“Tuhan, terimalah aku dengan segala kekuranganku yg penuh dengan dosa ini dalam pelukan-Mu.
Aku akan menyerahkan seluruh hidupku pada-Mu saja ya…
Tuhanku,Terimakasih untuk hari2 yg indah,
trimakasih untuk suka dan duka, trimakasih untuk bunga yg indah serta durinya yg tajam, Trimakasih untuk hari yg terang dan malam yg gelap…
trimakasih untuk…
hanya kepada-Mu ya Tuhan, tempatku berlindung dan berserah diri…
Terjadilah apa yang menjadi kehendak-Mu atas diriku…”GBU too…
Curahan hati di Malam hujan yg deras dan gelap gulita di kampus USU tercinta di Padang Bulan Medan…
Salam sayang selalu buat teman2…
Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn
Jumat, 28 Maret 2008

Oleh : Roy Fachraby Ginting,SH,M.Kn
Masih segar dalam ingatan saya, sekitar tahun 1998 saya berkeinginan untuk membangun sebuah pusat perbelanjaan di Kabupaten Karo. Ide itu di latar belakangi melihat potensi kota Kabanjahe sebagai segi tiga emas untuk perlintasan Kabupaten Dairi, Aceh Selatan dan Aceh Tenggara, sehingga kalau Kabanjahe di bangun pusat prekonomian, maka di pastikan bumi turang tersebut akan menjadi kota dollar di Sumatera Utara. Bupati Karo pada waktu itu, Sinar Perangin-angin menyambut ide dan proposal saya, dimana beliau juga ingin memulai gebrakannya, setelah sekira dua bulan menjabat Bupati Karo sejak dilantik Gubsu T Rizal Nurdin 9 Desember 2000. Awal dari gerakan membangun Kabupaten Karo yang dikenal sebagai daerah pertanian dan pariwisata itu, dengan menyetujui proposal PT Sinabung Mega Persada yang saya dirikan untuk segera dibangun pusat perbelanjaan tingkat nasional di Kabanjahe dengan nilai investasi sebesar atau senilai Rp 25 miliar.
Bupati Karo sangat menyambut positif ide dan gebarakan PT Sinabung Mega Persada yang saya pimpin, untuk segera membangun pusat perbelanjaan Kabanjahe Plaza di Jalan Kapten Pala Bangun/Jenderal Sudirman, Kabanjahe. Kepada wartawan SIB dalam wawancara khusus di ruang kerjanya, Jumat (23/2), Bupati membenarkan bahwa peletakan batu pertama oleh Bupati Karo dijadwalkan Sabtu (4/3).
Rencana itu terungkap dalam audiensi Direktur Utama PT Sinabung Mega Persada Roy Fachraby Ginting, SH Jumat (23/2). Pembangunan pusat perbelanjaan tersebut merupakan sumbangsih bagi kepariwisataan Tanah Karo yang dikenal sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata) ke-2 Sumatera Utara setelah Parapat/ Danau Toba. Diharapkan kelesuan kepariwisataan terakhir ini dapat dipacu dengan peningkatan sarana serta fasilitas yang mengikuti kemajuan jaman.
Bupati menyebutkan, pembangunan kepariwisataan Tanah Karo harus dipacu dengan kerja keras dengan pola melibatkan masyarakat. Sehingga pemberdayaan perekonomian masyarakat akan meningkat.
Direktur PT Sinabung Mega Persada Roy Fachraby Ginting, SH kepada SIB di lobbi Kantor Bupati Karo usai audiensi dengan Bupati membenarkan segera dibangunnya Kabanjahe Plaza. Bupati telah merestui sepenuhnya dan peletakan batu pertama Sabtu (4/3) mendatang. Plaza ini, katanya lagi, dibangun dengan sistim pusat perbelanjaan kerakyatan dan modern. Artinya pada lantai utama dibangun untuk kepentingan kalangan masyarakat yang ditata sedemikian rupa sehingga terkesan tradisionil modifikasi modern. Sedangkan pada lantai 2 dan 3 ditata peruntukannya bagi turis domestik dan mancanegara dengan segala fasilitasnya, sehingga menjadi fungsi ganda bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Sebab selain dapat menampung para pedagang yang kini "menyemak" hampir di setiap trotoar inti kota dan terkesan "Semraut" tidak tertata.
Roy Fachraby Ginting membenarkan, pusat perbelanjaan Kabanjahe Plaza dibangun dengan dana sekitar Rp 25 Miliar itu akan menjadi kebanggaan masyarakat daerah Karo. Disamping mendukung kepariwisataan akan menambah pendapatan daerah dari sektor pajak, retribusi dan lainnya sejalan dengan nafas otonomi daerah yang tengah diawali sesuai dengan UU nomor 22/99. Hal ini penting artinya bagi kemajuan daerah ini, dan merupakan tanggung jawab moral sebagai putra daerah ini, katanya.
Ketua DPRD Karo Bon Purba menyambut positif investor pembangunan pusat perbelanjaan Kabanjahe Plaza yang akan memberi warna cerah kepariwisataan dan pendapatan daerah ini.
Hal yang sangat membanggakan saya sebagai Direktur Utama PT Sinabung Mega Persada selalu investor dan perusahaan yang membangun Kabanjahe Plaza adalah, dimana Putra mantan Presiden Soekarno, Guruh Soekarno Putra, meninjau pembangunan pusat perbelanjaan dan pertokoan Kabanjahe Plaza yang bernilai Rp 25 miliar di Jalan Jenderal Sudirman, Kabanjahe, Minggu (10/6). Di sela sela kunjungannya ke Tanah Karo.
Dalam peninjauan tersebut Guruh di dampingi Ketua DPD PDI-P Sumut Drs Rudolf Pardede, anggota DPRD Sumut Ir Taufan Agung Ginting, Ketua DPRD Karo Bon Purba dan Bupati Karo Sinar Peranginangin. Sedangkan dari pusat perbelanjaan hadir pihak manajemen PT Sinabung Mega Persada selaku pengelola Kabanjahe Plaza yaitu Direktur Utama Roy Fachraby Ginting, SH
Pada kesempatan itu Guruh menerima penjelasan dari Dirut PT Sinabung Mega Persada, Roy Fachraby Ginting tentang pembangunan proyek pusat perbelanjaan yang nilainya Rp 25 miliar tersebut.
Pusat perbelanjaan nantinya diperuntukkan bagi perbaikan perekonomian masyarakat daerah setempat. Lantai I kepada pedagang ekonomi lemah dengan fasilitas modern, sedangkan lantai 2 s/d 4 untuk kebutuhan turis domestik dan mancanegara dengan fasilitas nasional dan modifikasi internasional. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang daerah tersebut sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata) kedua Sumatera Utara.
Roy mengemukakan pula, pusat perbelanjaan nantinya memfasilitasi sekitar 50 unit rumah toko, 350 unit kios dan stand, sedangkan barang yang diperdagangkan mulai dari tradisional sampai bertaraf internasional.
Guruh yang meninjau pusat perbelanjaan dan pertokoan Kabanjahe Plaza tersebut dihadiahi seperangkat pakaian adat Karo berupa manik-manik, tumbuk lada dan "uis beka buluh" sebagai lambang kekeluargaan bagi masyarakat daerah setempat
Kini, Bangunan Kabanjahe Plaza telah berdiri megah di kota Kabanjahe, tinggal bagaimana masyarakat Kabupaten Karo mau memanfaatkannya, sebagai pusat ekonomi dan bisnis, serta bagaimana peranan pengusaha di daerah tersebut, untuk memanfaatkannya, dan dukungan pemerintah daerah yang saat ini di komandoi Kolonel Purnawirawan Drs D.D Sinulingga tersebut.
Rabu, 26 Maret 2008
Profil Rektor USU

Catatan : Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn
Sebagai alumni USU, saya mempunyai kesan khusus dengan Prof.dr.Chairuddin Panusunan Lubis, ketika saya menyelesaikan pendidikan S-1 di Fakultas Hukum USU di tahun 1997, beliau yang mewisuda saya dan ketika saya menyelesaikan pendidikan S-2 di Sekolah Pascasarjana USU jurusan Magister Kenotariatan di tahun 2007, beliau juga yang mewisuda saya. Saya mempunyai kesan mendalam kepada beliau dalam memimpin USU. Kesan tersebut adalah, beliau di kenal lemah-lembut, jujur dan tegas. Rektor Universitas Sumatera Utara yang selalu menyebut mahasiswa sebagai "adik-adik" ini masih terbiasa disapa dengan kata "abang" oleh junior dan adik-adiknya itu.
Chairuddin Panusunan Lubis yang dilantik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI menjadi Rektor USU di tahun 1995. Namun, sang dokter spesialis anak yang berpraktek di Jl Abdullah Lubis ini, sedikit lebih tua dari Republik Indonesia, karena ia lahir pada tanggal 18 Maret 1945, di Kuala Tungkal, Jambi.
Dari nama lengkapnya yang terdapat kata Panusunan, yang dalam bahasa Indonesia, maksudnya adalah pemimpin, pengatur, penata atau penyusun. Dalam budaya Tapanuli, segera memahami bahwa Chairuddin kecil kelak diharapkan menjadi orang yang mampu mengurus hal-hal penting bagi masyarakatnya. Doa yang tersirat dalam nama lengkapnya itu kemudian menjadi kenyataan. Pria berperawakan tinggi 173cm dan berat 74 kg yang ketika mahasiswa dikenal jagoan bola pimpong dan bridge adalah mantan aktivis organisasi mahasiswa.
Ketika namanya muncul sebagai kandidat Rektor, banyak yang belum tahu, kalau dosen yang berusia 42 tahun kertika terpilih menjadi Rektor ini telah berpangkat Pembina Utama Muda (IV/C) dan menjadi Guru Besar pada usia 45 tahun. Beliau memiliki segudang pengalaman memimpin. Agaknya, karena pria yang ketika masih mahasiswa ini sudah terbiasa dengan penderitaan tergolong low profile, maka tak banyak yang tahu bahwa perjalanan hidupnya seperti namanya yang memakai kata Panusunan
Sejak mahasiswa, putra pensiunan perwira menengah ini sudah biasa memimpin, menyusun dan melaksanakan rencana kerja, baik dalam skala akademik maupun organisasi. Ketika masih duduk di akhir tingkat tiga, Chairuddin sudah mendapat kepercayaan sebagai asisten parasitologi di almamaternya, Fakultas Kedokteran USU. Kemudian oleh teman-temannya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FK USU, pada tahun 1970-72 dia diberi mandat sebagai Ketua Umum. Belum diwisuda sebagai dokter umum, tahun 1973-74 Chairuddin ditugaskan sebagai dosen parasitologi di FMIPA USU, waktu itu masih FIPIA. Beliau menyelesaikan pendidikan dokter dan lulus dokter umum tahun 1974.
Selang dua tahun setelah dilantik sebagai dokter umum, disamping menjadi asisten ilmu kesehatan anak (1976-80), dokter yang tamat program spesialis anak tahun 1980 ini sudah diserahi tugas sebagai Sekretaris Pendidikan Mahasiswa Bagian Ilmu Kesehatan Anak di FK USU (1976-79). Seterusnya menjadi Sekretaris Program Pendidikan Spesialis Anak (1980-83), Kepala Subbag Penyakit Infeksi (1980-90), Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak (1983-86), Kepala Unit Pelaksana Fungsional di RSU Pirngadi (1983-91), Sekretaris Tim Koordinator Pelaksana Program Pendidikan Dokter Spesialis (1990-92), Ketua Jurusan Ilmu Kedokteran Anak (sejak 1990) dan Perwakilan Corsorsiium Health Sciences
Dalam profesi dan kegiatan sosial lainnya, bintang sepakbola lansia atau lanjut usia USU ini, pernah dan masih menduduki sejumlah posisi kunci. Sekadar menyebut dua contoh: Salah seorang Ketua Tim Operasi Kembar Siam, Pengurus Bridge Cabang Sumut, dan Ketua IDAI Sumut dan Aceh. Penerima Medica Award 1992 bidang penelitian ini juga menerima banyak penghargaan. Misalnya, dari lembaga kemahasiswaan. Atas jasa-jasa yang diberikannya secara ikhlas untuk menjungjung tinggi almamater USU, pada tahun 1974, Dewan Mahasiswa USU memberinya penghargaan dan ucapan terima kasih. Sedangkan karya ilmiahnya, tercatat ada 47 judul, ini baru untuk kategori sebagai penulis utama saja
Menurut Prof.Chairuddin, ada tiga prinsip yang dipegang dokter yang setiap hari memeriksa ratusan anak-anak ini dalam memimpin USU. Ketiga prinsip itu ialah lemah-lembut, jujur dan tegas. Rektor yang selalu menyebut mahasiswa sebagai adik-adik dan masih terbiasa disapa dengan kata abang oleh junior dan adik-adiknya ini.
Riwayat Hidup Singkat :
Prof. Chairuddin Panusunan Lubis, DTM&H.Sp.A(K)
Lahir:
Kuala Tungkal, Jambi, 18 Maret 1945
Agama:
Islam
Postur:
TB 173 cm BB 74 kg
Pendidikan:
Fakultas Kedokteran USU 1974
Program spesialis anak tahun 1980
Pekerjaan:
Rektor USU
Dosen parasitologi di FMIPA USU, waktu itu masih FIPIA
Asisten ilmu kesehatan anak (1976-80)
Sekretaris Pendidikan Mahasiswa Bagian Ilmu Kesehatan Anak di FK USU (1976-79)
Sekretaris Program Pendidikan Spesialis Anak (1980-83),
Kepala Subbag Penyakit Infeksi (1980-90),
Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak (1983-86),
Kepala Unit Pelaksana Fungsional di RSU Pirngadi (1983-91),
Sekretaris Tim Koordinator Pelaksana Program Pendidikan Dokter Spesialis (1990-92),
Ketua Jurusan Ilmu Kedokteran Anak (sejak 1990) dan
Perwakilan Corsorsiium Health Sciences
Organisasi:
Pengurus Bridge Cabang Sumut,
Ketua IDAI Sumut dan Aceh.
Penghargaan:
Penerima Medica Award 1992 bidang penelitian

Catatan : Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn
Ketika rakyat Kabupaten Karo mulai lupa dalam kasus pembakaran Gedung DPRD Kabupaten Karo di Sumatera Utara, Sabtu, tanggal 2 Desember 2000 dinihari, oknum tersangka telah berhasil di ciduk Polres Tanah Karo. Pembakaran Gedung DPRD Karo tersebut di duga kuat merupakan puncak dari pertarungan pemilihan bupati antara DD Sinulingga dan Sinar Peranginangin yang berakhir ricuh. Polres Karo melalui tim bentukan AKBP Tumpal Manik SH akhirnya menangkap enam tersangka pembakaran dari tempat berbeda. Keberhasilan mengungkap kasus itu diawali dengan penangkapan Bisman Sinulingga di Pekanbaru, Riau pada Sabtu (15/3).Keenam tersangka pembakar kantor DPRD Karo secara beruntun berhasil ditangkap. Dua di antara pelaku merupakan mantan anggota DPRD Karo. Yakni Jon Andreas Purba dan Wakil Ketua DPRD Karo dari FPDIP periode 1999-2004 Bastanta Surbakti. Empat tersangka lainnya adalah Bisman Sinulingga, Rinaldi Sembiring, Albert Ginting dan Johanes Sitepu. Mereka tercatat kader partai PDI Perjuangan pada waktu itu.
Keterangan diperoleh, terungkapnya kasus ini berawal dari ditangkapnya Bisman Sinulingga di Pekanbaru pada Minggu (16/3). Dari penuturan Bisman, Polres Karo pun mencokok Jon Andreas Purba di kediamannya di Jalan Sei Padang Medan. Selang beberapa jam kemudian, Rinaldi Sembiring pun diciduk saat mengisi BBM di SPBU Kabanjahe.
Penangkapan tidak terhenti sampai di situ, sejumlah polisi yang bersenjata laras panjang menyergap Albert Ginting dan Johanes Sitepu di kawasan Pasar Sore, Padangbulan Medan dan kawasan Tanjung Selamat Medan. Dari mulut tersangka meluncurlah nama mantan Wakil Ketua DPRD Karo Bastanta Surbakti hingga akhirnya dibekuk di kediamannya di Desa Daulu Kecamatan Berastagi.
Peristiwa pembakaran Gedung wakil rakyat 8 tahun lalu itu, bermula dari ekses kasus pemilihan ulang bupati Karo. Bermula dari pro dan kontra hasil pemilihan bupati tanggal 8 April 2000. Ada yang menganggap pemilihan itu cacat hukum karena berlangsung dalam tekanan dan tidak sesuai mekanisme pemilihan. Misalnya, tiga anggota Fraksi PDI Perjuangan Tenang Torong, Mukhtar Siregar dan Sadirman Bangun disekap di ruang Ketua DPRD Karo dan tidak dibolehkan memilih. Fraksi yang memilih akhirnya hanya satu, yaitu F-PDIP. Sedangkan Fraksi TNI/Polri dan Reformasi meninggalkan ruangan sidang (walk out). Dalam pemilihan, jago PDI-P, Sinar Peranginangin meraih 14 suara, sedangkan rivalnya DD Sinulingga tidak meraih satu suara pun. DPRD Karo ada waktu itu memiliki 30 anggota, 16 di antaranya tidak menggunakan haknya. Pemilihan ulang bupati Tanah Karo dilakukan karena hasil pemilihan yang di langsungkan pada bulan April 2000, yang dimenangkan pasangan Sinar Perangin-Angin dan Jidin Sebayang tak diakui Menteri Dalam Negeri. Pasalnya, pemilihan tersebut dianggap menyimpang dari prosedur dan hanya dilakukan oleh Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sedangkan fraksi yang lain seperti Fraksi Partai Golongan Karya, F-TNI/Polri, dan Fraksi Gabungan tak mengikuti pemilihan dan meninggalkan ruang sidang.
Atas dasar itu, Mendagri melalui surat nomor 131.22/161 25 Mei 2000, menyatakan bahwa hasil pemilihan tanggal 8 April belum mencerminkan hasil demokrasi dan harus diulang. Mendagri segera mengeluarkan instruksi kepada DPRD Tanah Karo agar melakukan pemilihan ulang. Namun Ketua DPRD menolak perintah tersebut dengan alasan pemilihan itu telah sah. Silang pendapat itu membuat aktivitas DPRD lumpuh selama delapan bulan terakhir ini. Guna mengisi kekosongan tersebut, Wakil Ketua DPRD dan pelaksana Bupati mengundang anggota Dewan untuk melakukan pemilihan ulang. Namun, rencana ini mendapat perlawanan dari F-PDIP dan Ketua DPRD Tanah Karo. Menanggapi surat tersebut, Wakil Ketua DPRD Karo Bastanta Surbakti menyurati Mendagri, Gubernur Sumut dan Pangdam I Bukit Barisan tanggal 30 November 2000. Intinya, menolak dilakukan pemilihan ulang karena hal itu di nilai tindakan inkonstitusional.
Sehari sebelum kebakaran, setelah terbitnya surat dari Mendagri , rencananya pemilihan ulang Bupati Karo dilakukan pada 2 Desember 2000.Tetapi, dini harinya kantor DPRD Karo terbakar. Akibat kebakaran itu, Gedung DPRD Kabupaten Karo di Jalan Veteran, Kabanjahe, musnah. Kebakaran terjadi mulai pukul 04.00 dan baru bisa dipadamkan pukul 05.30.Atap bangunan dan sebagian dindingnya musnah terbakar dan hanya tersisa dinding betonnya dan kerangka atap besi. Sedangkan arsip surat surat serta berkas administrasi DPRD Karo sejak jaman kemerdekaan musnah dan hangus terbakar.
Pelaksana Bupati Karo pada waktu itu, Drs Sabam Isodorus Sihotang dalam laporannya kepada Gubernur Sumatera Utara T Rizal Nurdin mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Kerugian akibat kebakaran gedung bermotif adat Karo ini diperkirakan Rp 1 milyar. Sedangkan Kepala Polres Karo Darmono dalam keterangannya membenarkan, kebakaran Gedung DPRD Karo ada unsur kesengajaan, diduga pelakunya lebih dari satu orang. Barang bukti yang ditemukan berupa dua jirigen, satu sudah kosong dan satu lagi berisi tujuh liter bensin. Setelah beberapa kali Kapolres Tanah Karo mengalami pergantian, mulai di masa jabatan Darmono, baru di masa Tumpal Manik kasus tersebut mulai terkuak. Namun di balik di tangkapnya para tersangka, jelas sekali ke enam tersangka dari segi politik dan kepentingan tidak memiliki keuntungan dari pembakaran gedung DPRD Karo itu. Artinya dari kaca mata hukum perlu di selidiki dan di telusuri latar belakang pembakaran gedung yang merupakan asset masyarakat Kabupaten Karo tersebut. Hal itu mungkin saja para tersangka merupakan orang suruhan dan pembakaran itu mungkin sebuah konspirasi para elit yang mempunyai kepentingan dalam pemilihan Bupati Karo. Sehingga dengan pembakaran itu mereka di untungkan dari segi kepentingan politik dan kepentingan ekonomi. Memang efek dan manfaat pembakaran gedung DPRD Karo itu sangat efektif, karena beberapa saat atau beberapa pekan kemudian, setelah pembakaran gedung DPRD Karo, Sinar Peranginangin dan Djidin sebayang, SH dilantik Gubernur T Rizal Nurdin menjadi Bupati dan Wakil Bupati Karo.
Dalam pemeriksaan polisi nantinya di harapkan akan terungkap aktor intelektual dan otak pembakaran gedung DPRD Karo. Siapa yang mempunyai ide, siapa yang merencanakan, dimana rencana tersebut di bahas dan di matangkan, siapa saja yang hadir untuk merencanakan, siapa operator dan kordinator yang bertanggung jawab dalam operasi pembakaran dan siapa saja pelaku yang langsung turun melakukan pembakaran di lapangan. Hal ini sangatlah penting, untuk pembelajaran politik di masa depan, agar kasus serupa tidak terulang di masa mendatang, yang mana hal ini tentunya sangat merusak sendi sendi demokrasi Pancasila, yang telah di bangun dengan demikian baik.
Kini masyarakat Karo menunggu kerja keras Polres Tanah Karo, agar teka teki dan misteri pembakaran gedung kebanggaan masyarakat Kabupaten Karo itu segera terungkap. Sehingga nantinya jangan hanya ke 6 tersangka yang berhasil di tangkap Polres Karo tersebut di korbankan demi kepentingan elit tertentu.
Jumat, 21 Maret 2008

Catatan : Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn
Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Tanah Karo. Djamin Ginting dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah dia bergabung dengan satuan militer yang diorganisir oleh opsir-opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri dari anak-anak muda di Tanah Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Ginting muncul sebagai seorang komandan pada pasukan bentukan Jepang itu.
Letjend. Djamin Ginting, lahir di Suka sebuah desa di kabupaten Tanah karo, 12 Januari 1921 Ayahnya bernama Lantak Ginting Suka dan ibunya bernama Tindang Br. Tarigan. Ia anak ke dua dan tujuh orang bersaudara. Tahun 1928 Ia masuk sekolah Ver Volg School di desanya dan kemudian dilanjutkan ke Schakel School (SD lanjutan) di Kabanjahe. Tahun 1935 Ia masuk MULO di Medan, disana ia kemudian mulai terlibat dalam organisasi diantaranya Pertoempoean Karo bersama- sama temannya antara lain Nelang sembiring, Kontan Bangun. Selamat Ginting, dll. Ketika perang Asia Timur Raya pecah ia kemudian masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA). Ia kemudian banyak terlibat dalam Tentara Keamanan Rakyat dan menjabat sebagai komandan devisi IV di Kabanjahe hingga ke Dairi. Ia menikah dengan Likas Br Tarigan.
Pada masa perang kemerdekaan dan agresi militer Belanda pertama dan kedua. ia terlibat intens dalam mempertahankan kedaulatan RI. Seperti yang dikisahkannya dalam buku Bukit Kadir, ia terlibat beberapa kali pertempuran dan perundingan dengan pihak Belanda. Salah satu peristiwa yang memilukan ketika serangan udara dilakukan oleh tentara Belanda. banyak temannya seperjuangan yang gugur.
Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra-putra Karo memperkuat pasukan Jepang kandas setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II. Jepang menelantarkan daerah kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang. Sebagai seorang komandan, Djamin Ginting bergerak cepat untuk mengkonsolidasi pasukannya. Dia bercita cita untuk membangun satuan tentara di Sumatera Utara. Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang ke desa masing masing. Beliau memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi rakyat Karo dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatera Utara. Situasi politik ketika itu tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggris masih berkeinginan untuk menguasai daerah Sumatera.
Dikemudian hari anggota pasukan Djamin Ginting ini akan mucul sebagai pionir-pionir pejuang Sumatera bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting, Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Ginting, Kapten Selamet Ketaren, dan lain lain adalah cikal bakal Kodam II/Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. Ketika Letkol. Djamin Gintings menjadi wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Kolonel M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Kodam II/Bukit Barisan. Djamin Ginting tidak sepaham dengan tidakan Kolonel Simbolon untuk menuntut keadilan dari pemerintah pusat melalui kekuatan bersenjata. Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Disatu pihak, Simbolon merasa Sumatera dianak-tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi. Dilain pihak, Ginting sebagai seorang tentara profesianal memegang teguh azas seorang prajurit untuk membela negara Indonesia.
Dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan (Sumatera Utara) maka Panglima TT I, Letkol Inf Djamin Ginting melancarkan Operasi Bukit Barisan. Operasi ini dilancarkan pada tanggal 7 April 1958. Dengan dilancarkannya operasi Bukit Barisan II ini, maka pasukan Nainggolan dan Sinta Pohan terdesak dan mundur ke daerah Tapanuli. Dipenghujung masa baktinya, Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, ia kemudian aktif sebagai tentara di Kodam I Bukit Barisan sebagai wakil Panglima. Pada masanya sangat banyak masyarakaty Karo tertolong dengan bantuannya, dengan memasukkan putra Karo bekerja di perkebunan Negara.
Kemudian ia diangkat menjadi Panglima Kodam I Bukit Barisan menggantikan Kolonel Simbolon. Pada saat itu, sedang terjadi pergolakan PRRI yang dikenal dengan dewan Gajah. Ia membuat strategi untuk menumpas pemberontakan tersebut, yang kemudian membebas tugaskan perwira yang terlibat. Pangkatnya kemudian dinaikkan menjadi Kolonel. Tahun 1962 oleh Mayjend. Ahmad Yani ditarik ke Mabes AD sebagai Asisten II Operasional dan Latihan AD.
Di tahun yang sama pangkatnya kemudian diangkat menjadi Brigadir Jenderal. Di posisinya yang baru. ia banyak terlibat dalam masalah pengambilalihan Irian Barat serta konfrontasi dengan Malaysia. Tahun 1964 pangkatnya dinaikkan lagi menjadi Mayor Jenderal. Pada April 1965, ia menjadi Ketua steering commettee seminar pertama TNI AD, yang kemudian melahirkan konsep dwi fungsi ABRI yang diperkenalkan oleh A.H Nasution. Pada 30 September 1965 terjadi pemberontakan PKI.
Seorang putrinya bernama Rimenda br Ginting, SH, yang sekarang menjabat sebagai ketua umum Himpunan Masyarakat Karo Indonesia. Semasa hidupnya, Djamin Gintings menulis beberapa buku. Satu diantaranya "Bukit Kadir" mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawan Hindia Belanda. Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo dalam suatu pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu sekarang dikenal dengan nama Bukit Kadir. Salah satu peristiwa yang memilukan ketika serangan udara dilakukan oleh tentara Belanda. banyak temannya seperjuangan yang gugur. Kejadian itu kemudian melahirkan lagu Oh, turang yang sangat popular ketika itu
Tahun-tahun berikutnya ia aktif di lembaga DHN angkatan 45 dan terpilih sebagai Ketua II. Sementara sebagal pembina adalah Soeharto dan Ketua Umumnya adalah Adam Malik. Ia akhirnya terjun ke dunia politik dan kemudian menjadi salah satu pendiri Sekber Golkar mewakili Gakari (Gabungan Karya Rakyat Indonesia). Di tahun 1970 ia menamatkan pendidikannya dan Fisipol Untag dengan gelar dokterandus (Drs). Di tahun 1971 ia terpilih kembali sebagai Ketua I DHN 45 dan sebagai Ketua Umum-nya adalah Soeharto. Selama hidupnya Djamin Ginting di kenal sangat mencintai Karo baik dalam perbuatan dan tindakannya sebagai pejuang dan pejabat Negara.
Karirnya di militer juga terus menanjak dengan pangkat Letjen tahun 1971. Dan di tahun ini juga kemudian terpilih menjadi anggota DPR RI Komisi II. Soeharto yang terpilih menjadi presiden, kemudian mengangkat Djamin Gmntings menjadi Duta besar untuk Canada. Namun karirnya menjadi duta besar tidak selesai dijalaninya karena beliau wafat sebelum masa tugasnya selesai. Ia meninggal dunia tanggal 23 Oktober 1974 di Montreal Canada dan kemudian dikebumjkan di TMP Kalibata.
Jabatan yang pernah diduduki, Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan , Assisten Dua Bagian Perang di TNI, Panglima TT I Bukit Barisan., Panglima Sumatera Utara, dengan pangkat Mayor Jenderal, menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Front Nasional, di Kabinet Dwikora Revisi Kedua., Penggerak dari pembentukan GAKARI yang nantinya akan membentuk GOLKAR.
Lingkungan Hidup Kita

Menteri Kehutanan RI H Malem Sambat Kaban SE MSi menyatakan, pembangunan lapangan golf tidak diperlukan kalau sampai melakukan perusakan hutan dan lingkungan. Pembangunan tersebut hanya akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar, ketimbang dampak positifnya. Hal tersebut dikatakan H Malem Sambat Kaban, dalam kata sambutannya di Acara Pesta Adat Syukuran Njujungi Beras Piher/Tepung Tawar kepadanya di Jambur Namaken Minggu, 27 Maret lalu.
H MS Kaban mengharapkan agar seluruh komponen masyarakat Karo dapat menjaga dan melestarikan hutan. “Masyarakat Karo dikenal hoby dan ulet Nuan-nuan (menanam-red), sehingga marilah kita galakkan hoby itu menjadi Nuan-nuan kayu (menanam kayu -red) untuk pelestarian hutan kita, kata HMS Kaban, dalam pidatonya, di hadapan ribuan masyarakat Karo yang didampingi Ketua Umum DPP Lembaga Adat Budaya Karo Runggun Merga Silima Drs Yusuf Pehulisa Sitepu dan Roy Fachraby Ginting selaku Panitia pelaksana acara itu dengan penuh harapan.
Diungkapkan HMS Kaban, dirinya telah menandatangani surat pernyataan kepada Presiden SBY, akan menjalankan tugas dalam bidangnya, untuk penyelamatan hutan, sehingga untuk itu, dirinya tidak akan segan-segan menindak tegas cukong-cukong yang melakukan perusakan hutan negara.
“Sebanyak Rp 35 hingga Rp 47 triliun per tahun hasil hutan kita dicuri, oleh cukong-cukong pencuri kayu. Sementara oknum-oknum petugas kita, hanya menerima recehan saja, sehingga oknum-oknum seperti itu, harus juga ditindak dengan tegas, karena telah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi negara kita”, ujar HMS Kaban dengan tegas.
Dalam acara syukuran Pesta Adat Njujungi Beras Piher tersebut, Menteri Kehutanan RI HMS Kaban SE MSi membawa istri, anak-anak, ibunya Hj S br Tarigan dan saudara kandungnya di antaranya N Kaban dan Kaminsyah Kaban. Sementara itu ribuan masyarakat Karo dengan tekun dan antusias, mengikuti jalannya acara, yang turut pua dihadiri tokoh-tokoh masyarakat Sumatera Utara, diantaranya Terenan Ginting Bc Ip SH, Ir Derom Bangun, Mulia Tarigan, Dr Raja Malem Kaban, Palar Nainggolan, Ir Budi Derita Sinulingga MSi, Tampak Sebayang SH DR Drs Layari S Kaban MBA Dr Robert Valentino Tarigan, Drs Paulus Sitepu, Dr Masang Sitepu, DR Syaad Afifuddin Sembiring, Sigit Pramono Asri SE M Syaf Lubis, Ir M Subur Sembiring, dan lain-lain.
Acara Pesta Adat Njujungi Beras Piher dan Tepung Tawar itu seyogyanya diselenggarakan 6 Maret 2005, namun karena kesibukan Menteri Kehutanan HMS Kaban, maka acara tersebut diundurkan menjadi 27 Maret yang diselenggarakan DPP Lembaga Adat Budaya Karo Runggun Merga Silima yang dipimpin oleh Drs Yusuf Pehulia Sitepu (Ketua Umum), Roy Fachraby Ginting, SH (Sekretaris Jenderal) dan DR Layari S Kaban, SIp, MBA (Bendahara Umum). Turut berpartisipasi aktif DPW Keluarga Besar Muslim Karo (KAMKA) Sumatera Utara, Persadaan Kaban Mergana Ras Anak Beruna dan Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) USU.
Bung Karno, Wartawan dan Dunia Pers Indonesia

Catatan :
Roy Fachraby Ginting, SH,M.Kn
Dari Soekarno Kepada Jenderal Soeharto....
Naiknya Suharto di tampuk pimpinan negara dengan menggulingkan Bung Karno, serta dengan didirikannya rezim militer dan Orde Baru, yang mengakibatkan nama Indonesia menjadi terpuruk di mata banyak gerakan rakyat Asia-Afrika dan dunia. Penggulingan Bung Karno yang didahului oleh pembunuhan jutaan warganegara Indonesia, dengan peritiwa G30 SPKI serta diiringi pula dengan pemenjaraan ratusan ribu orang, yang tidak bersalah selama puluhan tahun, yang mereka anggap sebagai musuh dan noda besar atau dosa monumental yang tidak bisa diampuni sehingga harus mati secara menyedihkan di pulau Buru, penjara penjara tahanan militer yang kejam dan sadis serta pembunuhan pembunuhan yang mempergunakan rakyat dengan dalih PKI.
Ketokohan dan nama besar Bung Karno, sebagai pemimpin bangsa tidak bisa ditiru atau digantikan oleh Jenderal Suharto yang di kenal sebagai tokoh Orde Baru. Karena, ketokohan Bung Karno ini telah dibangun dalam perjuangannya sejak tahun 1926, dan sejak dalam penjara Sukamiskin di Bandung. Ketokohannya ini sudah muncul dalam Indonesia Menggugat. Dengan latar-belakang sejarah yang ini saja sudah nampak perbedaannya yang besar dengan ketokohan ala Jenderal Suharto. Kepemimpinan Suharto selama Orde Baru makin menunjukkan dengan jelas perbedaan yang besar antara mereka.
Kalau Bung Karno melahirkan sejumlah gagasan-gagasan besar tentang perjuangan untuk kepentingan rakyat dan pembangunan bangsa yang di antaramya adalah Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 yang menjadi dasar negara Republik Indonesia sampai saat ini, maka pengalaman selama lebih dari 32 tahun menunjukkan bahwa Suharto serta kawan-kawannya di masa pemerintahan Orde Baru dengan partai Golkar sebagai alat politik yang tetap menang Pemilu selama 32 tahun pemerintahannya, tidak bisa menciptakan gagasan-gagasan besar.
Bahkan sebaliknya, Suharto beserta pemerintahan Orde Baru dan Golkar-nya telah merusak gagasan-gagasan besar Bung Karno, yang akibatnya adalah terjadinya kemiskinan bangsa yang tidak pernah tuntas dengan peninggalan hutang luar negeri yang demikian besar serta terjadinya korupsi yang menggurita dan merajalela seperti yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negara kita dewasa ini.
Dengan melihat latar-belakang yang demikian, maka orang bisa mengerti mengapa setelah Bung Karno digulingkan oleh para pendiri Orde Baru, maka banyak hal yang bersangkutan dengan KWAA atau PWAA kemudian juga seolah-olah menghilang dari persoalan bangsa Indonesia. Disebabkan oleh politik Orde Baru, maka semakin lama semakin banyak orang yang melupakannya. Bahkan, banyak orang yang sekarang ini tidak tahu bahwa ada peristiwa yang begitu penting dalam sejarah dunia pers dan kewartawanan Indonesia dalam skala tingkat internasional, khususmya dalam menyuarakan perjuangan rakyat Asia Afrika yang sedang berjuang merebut kemerdekaan dan kebebasannya sebagaimana semangat konprensia Asia Afrika di Bandung.
Politik Orde Baru adalah, sebisa mungkin dengan segala cara mengkerdilkan atau menghilangkan peran Bung Karno dalam segala hal, termasuk juga hal-hal yang berkaitan dengan terselenggaranya KWAA. Orde Baru melihat hubungan yang erat antara politik Bung Karno dengan arah politik Konferensi Bandung dan arah politik yang dianut oleh KWAA dan PWAA.
Di antara cara-cara untuk mengkerdilkan atau menghilangkan peran Bung Karno adalah, antara lain disebarkannya fitnah, insinuasi, atau ungkapan-ungkapan negatif seperti Bung Karno adalah megalomaniac gila terhadap segala yang besar, seorang demagog atau pembangkit semangat rakyat demi kekuasaan, seorang yang suka menonjolkan diri, seorang yang menyukai kultus individu, seorang yang mengutamakan gebyar, dan segala macam cap negatif lainnya, yang selama ini sudah kita dengar.
Namun, adalah sayang sekali bahwa peristiwa yang penting ini tidak pernah diperingati secara layak sejak lahirnya Orde Baru. Gara-gara politik anti-Sukarno yang dianut Orde Baru, maka para wartawan Indonesia pun banyak yang takut, atau enggan, untuk menulis soal konferensi besar yang pernah menjadi kebanggaan nasional dan internasional ini. Di samping itu, mungkin tidak banyak lagi bahan atau dokumen tentang KWAA ini yang bisa ditemukan sekarang ini. Ada baiknya wartawan Indonesia kembali menggali peranan pers dan wartawan Indonesia di forum internasional.
Maka sudah sewajarnya kalau Wartawan dan journalis Indonesia mengenang dan mengabadikan nama besar Bung Karno yang pada jamannya telah turut mengambil andil yang mbesar dalam mengangkat harkat dan martabat wartawan Indonesia
Catatan penulis ;
Penulis adalah Mantan wartawan Calon Anggota PWI kota Medan, pernah menjadi wartawan Harian Medan Pos, SKM Taruna Baru, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi karo Post
Sastra dan Puisi Persahabatan
Jembatan Persahabatan Menyatukan Kita Semua...!!!
Jangan Pernah Lupa untuk Melihat ke Belakang....!!!
Seorang sahabatlah yang menaruh perhatian kepadanya setiap waktu, Yang akan membangunkan dia, Yang akan memberi dorongan kepada dia, Agar api dalam hidupnya tidak padam. Agar kala dia jatuh, dia dapat ditopang untuk berdiri dan ketika dia sedih dapat dihibur dengan suka cita
Di sebuah pulau, hidup seorang manusia dan di pulau ini hidup pula seorang manusia lain. Mereka terdampar oleh karena kapal mereka karam di perairan yang landai ini. Hari-hari mereka lewati dengan kesendirian. Awalnya mereka nikmati, namun lama kelamaan mereka mulai merasa kesepian. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa di pulau seberang ada manusia yang lain.
Berbagai macam upaya mereka pikirkan agar mereka dapat bertemu satu dengan lainnya dan menjalin suatu hubungan. Mulailah mereka di pulau masing-masing membangun jembatan. Suatu pengorbanan yang besar bagi masing-masing, karena mereka sendiri tidak yakin bahwa jembatan itu akan ketemu ujung-ujungnya. Hari demi hari, bulan demi bulan mereka luangkan waktu untuk membangun sebuah jembatan, dan akhirnya jembatan mereka bertemu di tengah
Sebuah jembatan persahabatan.
Jembatan itu adalah jembatan yang besar dan kokoh, yang dibangun oleh jerih payah masing-masing agar mereka dapat menutupi rasa sepi. Dan benar, hari-hari susah mereka akhirnya berakhir dengan persahabatan yang terjalin akrab. Malam-malam penuh sepi itu kemudian berubah, mereka saling berbagi dan saling mengisi kekosongan hati masing-masing. Begitulah mereka lalui hari-hari itu dengan kehadiran masing-masing
Bagaimanapun kuatnya karakter seseorang . . .
Bulan demi bulan berlalu. Lalu tampak suatu perubahan. Jembatan yang dulunya kokoh itu mulai berubah. Ada bagian sana-sini yang mulai reyot dan lama-kelamaan ada kayu-kayu yang lapuk dan mulai bobrok. Kedua sahabat itu terlalu sibuk untuk membangun “dunia”nya di pulau mereka masing-masing. Kehadiran yang dulunya sangat berharga itu mulai dianggap menjadi suatu kebiasaan. Mereka mulai menelantarkan jembatan itu. Kurang merawatnya
Dulunya mereka sering mengganti bagian dari jembatan yang mulai rusak. Maklum, angin laut, hujan dan matahari sangat berdampak terhadap kayu dari jembatan itu. Lapuk.
Suatu hari, angin puting beliung datang dan jembatan itupun goncang dan kemudian roboh dan dalam seketika hubungan antara pulau itu pun terputus. Untuk membangun sebuah jembatan baru akan memerlukan waktu berbulan-bulan lagi seperti dahulu. Dan kembalilah kehidupan seperti semula ketika mereka hidup dalam kesendirian
Bagaimanapun banyaknya talentanya . . .
Bagaimanapun menawan pribadinya . . .
Bagaimanapun pandainya ia bergaul
Bagaimanapun menonjolnya keberhasilannya . . .
Atau ia adalah seseorang yang berkorban banyak demi orang lain
Atau ia adalah seseorang yang mampu mengatasi banyak rintangan
Namun, semua nilai positif ini ini hanya dapat bertahan lama dan dibangun dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Sekumpulan orang-orang yang masuk dalam hidupnya dan menganggap dia sebagai SAHABAT.
Karena seorang sahabatlah yang menaruh perhatian kepadanya setiap waktu,
Yang akan membangun dia
Yang akan memberi dorongan kepada dia
Agar api dalam hidupnya tidak padam
Agar kala dia jatuh, dapat ditopang untuk berdiri
Agar kala dia sedih, dapat dihibur untuk kembali bersemangat
Untuk membuat hidupmu menjadi satu struktur yang kokoh
yang dapat mengasihi orang lain
yang dapat menjadikan kamu pembawa damai
Kamu memerlukan orang-orang di sekelilingmu yang dapat kamu panggil “Sahabat”
Kamu harus sadar bahwa kokohnya suatu struktur,
seberapapun besarnya,
tidak dapat bertahan,
kecuali kekuatan itu saling topang menopang,
berdiri sendiri, maka akhirnya ia akan jatuh.
Persahabatanpun harus dirawat dan dipelihara,
Seperti sebuah Jembatan yang kokoh,
Kalau tidak dirawat dan dipelihara
Maka, lapuk akan menggerogoti jembatan itu,
Persahabatanpun demikian,
Harus dirawat dan dipelihara
Agar persahabatan itu dapat dipertahankan untuk masa berkepanjangan
Ucapan-ucapan kasih yang tidak pernah dilontarkan,
Penghargaan atas pengorbanan yang tidak pernah diutarakan
Kata-kata "terima kasih" yang jarang dikemukakan,
Kepercayaan yang dilanggar,
Perselisihan yang tidak pernah diselesaikan,
Kesalah-pahaman yang tidak dibereskan,
Kesalahan yang tidak pernah dimaafkan,
Keangkuhan untuk tidak bertindak lebih dahulu
Kesombongan, ketidakpedulian, luka hati yang berubah menjadi kebencian
Semua ini adalah hal-hal yang terjadi yang membuat
Persahabatan itu tidak dirawat dan dipelihara
Yang membuatnya lapuk dengan usia
Sehingga apa yang pada mulanya berharga
Akhirnya tidak dapat bertahan lama
Persahabatanpun harus dirawat dan dipelihara,
Seperti sebuah Jembatan yang kokoh,
Kalau tidak dirawat dan dipelihara
Maka, lapuk akan menggerogoti jembatan itu,
Persahabatanpun demikian,
Harus dirawat dan dipelihara
Agar persahabatan itu dapat dipertahankan untuk masa yang berkepanjangan...
Pendidikan Unggulan di Kabupaten Karo

Yayasan Persada Nusantara
SMU Plus Kabupaten Karo
Roy Fachraby Ginting, SH,M.Kn ;
Pendirian
SMU Plus
Tanah Karo
Perlu Kembali
di Lanjutkan
Untuk Peningkatan
SDM Generasi Muda
Dalam upaya mempersiapkan siswa/i generasi muda yang handal secara dini, merupakan suatu tuntutan objektif masyarakat maupun bangsa, terutama di dalam memasuki era globalisasi yang bernuansa penuh dengan tantangan dan kompetitif. Sehungga pendidikan unggulan seperti pendirian SMU plus Tanah Karo yang telah di prakarsai dan didirikan oleh Yayasan Persada Nusantara SMU Plus Kabupaten Karo perlu di teruskan dan di lanjutkan. Hal ini dikemukakan Sekretaris Umum Yayasan Persada Nusantara SMU Plus Kabupaten Karo Roy Fachraby Ginting,SH,M.Kn pada acara kunjungan kerjanya untuk melihat secara langsung tentang persiapan sarana dan prasarana serta fasilitas belajar SMU di Kabupaten Karo beberapa waktu lalu.
Selanjutnya Roy Fachraby Ginting yang didampingi sejumlah Pengurus Organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Karo itu menjelaskan, untuk mempersiapkan atau melahirkan siswa/i generasi muda yang handal, tentu diperlukan suatu wadah/lembaga pendidikan yang benar-benar serba cukup dan representatif, baik ditinjau dari sisi manajemen finansial, manajemen perencanaan, manajemen material maupun manajemen personalia/tenaga pengajarnya. Mendukung tujuan itu, SMU Plus tersebut hendaknya dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang canggih diantaranya laboratorium komputer, Bahasa Inggris dan termasuk perpustakaan serta sarana olahraga.
Dikatakan Roy Fachraby, untuk sementara sebaiknya penerimaan murid SMU Plus Kabupaten Karo di Kabanjahe pada Tahun Pelajaran pertama atau perdana cukup menampung atau menerima murid sebanyak 80 orang siswa/i, dengan perincian Kelas Plus A sebanyak 40 orang, dan Kelas Plus B 40 orang. Persyaratan pendaftaran siswa/i jangan di persulit, cukup tamatan atau berijazah SLTP Negeri/swasta, termasuk MTs atau yang disamakan. Tinggi badan minimal 155 cm (laki-laki) dan 150 cm (perempuan), usia maksimum 16 tahun pada waktu mulai belajar dan berkelakuan baik. Penerimaan dilakukan melalui seleksi/tes yang benar benar di lakukan secara berkwalitas
Di ungkapkan SekretarisUmum Yayasan Pendidikan Nasional Persada Nusantara Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn baru-baru ini kepada wartawan mengatakan, SMU Plus Persada Nusantara didirikan beberapa waktu lalu, bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda bangsa agar memiliki SDM yang handal, berprestasi, berilmu, beriman dan siap pakai. Namun upaya itu saat ini mengalami kemandekan dengan meninggalnya Drs Purnama Munthe, SH ketua umum Yayasan.
Sebelumnya SMU Plus Tanah Karo telah menerima murid sebanyak 80 orang yang kini semuanya telah berhasil lulus masuk perguruan tinggi unggulan serta berbagai pendidikan di Tanah air seperti Telkom, APDN dan Akademi Militer dan Polri.
Untuk itu Roy Fachraby mengakui, mendirikan/menyelenggarakan sekolah plus, bukanlah suatu program atau pekerjaan yang sudah direalisasikan. Karena hal ini merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara bertahap, terutama disebabkan proses pelaksanaannya dihadapkan berbagai tantangan dan kendala, baik yang datang secara intern maupun ekstern.
Sebaliknya Roy Fachraby Ginting menegaskan, dengan adanya tantangan maupun kendala yang akan dihadapi, bukanlah suatu hal yang dapat mengurangi semangat dan tekad kita sebagai putra/putri Tanah Karo Simalem untuk mewujudkan cita-cita luhur dalam memajukan Sumber Daya Manusia para generasi muda Karo untuk mengantar ke masa depan yang lebih cerah.
Dukungan pendirian kembali SMU Plus Tanah Karo tersebut sangat di harapkan adanya dukungan dan partisipasi masyarakat seperti saat ini kita memiliki Menteri Kehutanan RI Dr HMS Kaban, Presiden DPP PKS Ir H Tifatul Sembiring, pengusaha besar seperti GT Surbakti, Ir Derom Bangun, Dr Layari S Kaban dan Pemda Kab Karo dengan dukungan penuh Drs DD Sinulingga beserta jajarannya sangat di harapkan atas berdirinya dan keberadaan SMU Plus Karo tersebut. Sebab tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat dan Pemda Kab Karo sangatlah sulit SMU-Plus tersebut dapat berdiri, berkembang dan eksis di tengah tengah masyarakat Karo.
Untuk memenuhi semua itu, lanjutnya, diperkirakan akan dibutuhkan dana lebih kurang Rp. 10 miliar. Dana itu diharapkan akan terpenuhi dari partisipasi masyarakat serta pengumpulan dana dan bantuan dari donateur serta dukungan dari Bupati Karo Drs DD Sinulingga dan tokoh tokoh masyarakat Karo. Sebagai dana awal saya yang beberapa waktu lalu sebagi Direktur Utama PT Sinabung Mega Persada pengelola Kabanjahe Plaza telah mempersiapkan secara tunai dana sebesar Rp 250 juta untuk dana abadi yang telah saya sumbangkan ke kas Yayasan sebagai wujud komitmen saya dalam memajukan pendidikan di Tanah Karo... ayooo siapa yang menyusul....
Pemerintahan Kota Berastagi Tinggal Menunggu waktu
.jpg)
Sekretaris Jenderal MPRK RMS Roy Fachraby Ginting,SH,MKn :
Pemko Berastagi Tinggal Ketuk Palu, DPD RI dan DPR RI Bakal Meloloskannya
Perjuangan panitia pemprakarsa pembentukan Pemerintah Kota (Pemko) Berastagi sejak tahun 2002 diperkirakan akan segera menunjukkan hasil. Walaupun kajian akhir pembentukan Pemko Berastagi hingga saat ini belum ditandatangani Bupati

Dikatakan Roy Fachraby Ginting yang Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Karo Runggun Merga Silima ini, sebelumnya DPRD Sumut secara bulat telah mensahkan dan menyetujui pembentukan Pemko Berastagi (pemekaran Kabupaten Karo) dan Kabupaten Simalungun Hataran (pemekaran Kabupaten Simalungun) melalui rapat paripurna Dewan dipimpin Ketua DPRD Sumut H Abdul Wahab Dalimunthe SH, Senin (17/12), setelah 8 fraksi (FPG, F-PDIP, FPD, F-PPP, FKS, F-PAN, FPDS dan F-PBR) menyatakan setuju dan menerima kedua wilayah itu di-Perda-kan.
Di katakan Roy Fachraby Ginting, dampak pengesahan itu terlihat dari dukungan rakyat yang demikian besar atas pengesahan kedua Kabupaten itu langsung dirayakan ratusan masyarakat Karo dengan gembira-ria sembari 'landek' (menari bersama) tarian gundala-gundala (tari tembut-tembut Karo atau semacam tarian kebesaran budaya Karo) bersama Ketua DPRD Sumut H Abdul Wahab Dalimunthe, SH, Sekdapropsu Drs H Muhyan Tambuse beserta seluruh pimpinan fraksi dikaitkan dengan acara 'njujungi beras piher' dan penyerahan oleh-oleh jeruk di depan tangga gedung dewan. "Sehingga bohong kalau Pembentukan Pemko Berastagi tidak mendapat dukungan rakyat" kata Roy Fachraby
Sebelumnya, juru bicara FP Golkar Syahrul M Pasaribu mengatakan, fraksinya sangat setuju Pemekaran Kabupaten Karo dan Simalungun, karena pemekaran tersebut merupakan keinginan masyarakat sejak tahun 2002 dan baru kali ini DPRD Sumut secara formal mengambil keputusan menyetujui pemekaran untuk disahkan.
Sementara itu, Panitia Ad Hoc (PAH) DPD RI menilai tindakan Bupati Karo DD Sinulingga yang menolak kunjungan DPD RI ke Tanah Karo mencerminkan sikap sombong dan arogan. Di sisi lain, tindakan itu tidak menghargai Amanat Presiden (Ampres) yang menugaskan DPD RI melakukan peninjauan lapangan.
Atas tindakannya itu PAH DPD RI akan membahas masalah tersebut antar tiga lembaga yakni DPD RI-DPR RI-Presiden melalui Mendagri. Selain itu DPD juga akan membicarakan hal itu dengan Mendagri Mardiyanto soal sanksi tegas yang bisa diambil karena tidak menghargai lembaga Negara.
“Begitu sombongnya Bupati Karo itu menolak kunjungan DPD RI selaku lembaga Negara. Dia juga tidak menghargai Amanat Presiden yang menugaskan DPD berkunjung ke Tanah Karo,” kata salah seorang anggota PAH DPD RI Muspain kepada wartawan di VIP Room Bandara Polonia, Rabu (27/2) saat akan bertolak kembali ke Jakarta.
Tim PAH DPD RI yang berkunjung ke berbagai daerah di Sumut dalam beberapa hari sebelumnya terdiri dari Marhaen V Pua asal Sulawesi Utara (Ketua), Muspain asal Bengkulu, Frankie asal Riau, Hasan asal Jambi dan Lundu Panjaitan SH asal Sumut.
Menurut Muspain dan Marhaen, sebenarnya masalah kelengkapan syarat untuk usulan pemekaran Kabupaten Karo untuk pembentukan Pemko Berastagi, jauh hari lalu sudah ditandatangani Bupati sebelumnya, Sinar Perangin-angin. Tapi belakangan, Bupati saat ini katanya, membuat langkah yang bertolak belakang bahkan terkesan emosional menanggapi aspirasi masyarakat.
Sebelumnya, di VIP Room Bandara Polonia, PAH DPD RI menerima surat dari Majelis Permusyawaratan Rakyat Karo “Runggun Merga Silima” berisi permohonan maaf atas sikap Bupati Karo yang menolak kunjungan DPD RI ke Kabupaten Karo untuk pembentukan Pemko Berastagi beberapa waktu lalu. Surat itu disampaikan Ketua Umum Runggun Merga Silima Drs Yusuf Pehulisa Sitepu,MM, Sekretaris Roy Fachraby Ginting,SH,MKn dan Semangat Sembiring.
Dalam surat tersebut antara lain disebutkan, atas nama masyarakat Karo yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat Karo Runggun Merga Silima dengan ini menyampaikan permohonan maaf atas penolakan Bupati Karo untuk kunjungan DPD RI, sekaligus berharap DPD RI tidak patah semangat memperjuangkan pembentukan Pemko Berastagi. Selanjutnya, hasil kunjungan Tim Pemekaran DPD RI ke Tanah Karo itu nantinya akan dibawa ke rapat paripurna DPD RI untuk selanjutnya dibawa ke rapat paripurna DPR RI dengan harapan akan disetujui dan disahkan menjadi Undang-Undang.
“Selama ini kami sangat berharap agar Pemkab Karo mendukung upaya otonomi Berastagi sehingga pengembangan potensi yang dimilikinya antara lain pertanian, agroindustri, pariwisata dan perhotelan akan mudah dikembangkan. Apalagi, persyaratan yang termuat di PP 129 Tahun 2000 tentang pembentukan kota baru minimal memiliki tiga Kecamatan itu sudah terpenuhi,” demikian bunyi kutipan surat itu.
Menanggapi pernyataan Runggun Merga Silima itu, Muspain mengatakan, dengan adanya penolakan terhadap kunjungan DPD yang dilakukan Bupati Karo, malah makin memicu PAH DPD untuk mati-matian mendukung pemekaran Kota Berastagi. “Kan tidak masuk akal, dan ini baru pertama kali terjadi di Indonesia Bupati menolak lembaga negara. Bupati terlalu emosional menyikapi masalah pemekaran. Perjuangan masyarakat akan tetap kita teruskan karena ini juga menyangkut marwah DPD sebagai lembaga Negara,” ujar Muspain
Setelah Bupati Karo menolak kunjunganTim Ad Hoc I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ke Kabupaten Karo, justru hal tersebut menjadi positif untuk mempercepat DPD RI menyetujui rencana pemekaran Kota Berastagi terlepas dari Kabupaten Karo. Hal ini terlihat ketika rapat tim pemekaran DPD yang dipimpin Kasrawi Rahmat,kemarin menilai Kota Berastagi layak dimekarkan.Pada rapat yang digelar di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, itu juga hadir M Saad, Khalif, Lundu Panjaitan,dan Adnan NS. Hal itu di kemukakan Roy Fachraby Ginting kepada pers dari gedung DPR RI Senayan Jakarta beberapa waktu lalu.
Diungkapkan anggota DPD RI, ”Meski kami batal berkunjung ke Berastagi, setelah mempelajari semua kelengkapan berkas, kami akhirnya berkeyakinan untuk memuluskan jalan untuk pembentukan Pemko Berastagi,” kata anggota DPD Adnan NS saat dihubungi kemarin sore melalui telepon selulernya. Pemekaran Pemko Berastagi tersebut disetujui karena proses pengiriman usulan pemekaran telah masuk 2003 lalu.
Pihaknya juga menilai landasan pemekaran hukumnya juga mengacu PP No 129/ 2000. Pada regulasi menyebut,pemekaran cukup tiga kecamatan saja. Lahirnya persetujuan akan pemekaran Kota Berastagi dalam penilaian Adnan merupakan pukulan balik atas sikap Bupati Karo DD Sinulingga.
Pada pekan sebelumnya, Bupati DD Sinulingga menolak menerima kunjungan tim ”Penolakan Bupati Karo untuk menemui anggota DPD beberapa waktu lalu bisa dikatakan merupakan salah satu bentuk penolakan. Padahal sudah ada Ampres No R.04/Pres/02/2008 dan rapat pleno anggota DPD 18 Februari 2008,” tandas Adnan.
Dengan hasil ini, dia mengingatkan Bupati DD Sinulingga lebih bersikap arif melihat persoalan tersebut. Pasalnya dalam kerangka nasional, pemekaran bukanlah perceraian, tapi hanya berpisah dalam batasbatas administrasi wilayah. Apalagi, tidak ada dana yang berkurang bagi daerah induk jika satu wilayah di dalam arealnya dimekarkan.
Menurut rencana, hasil rapat tim itu selanjutnya akan dilanjutkan ke paripurna. ”Mudahmudahan dukungan itu tak berubah. Untuk itu, mari sama-sama kita doakan agar paripurna nanti bisa memberi hasil pada persetujuan tentang terbentuknya Kota Berastagi ” ujar Adnan.
Ketua panitia pemrakarsa Pemko Berastagi Iwan Depari mengaku akan terus memberi dukungan kepada anggota DPD. Sebab, keinginan pemekaran ini langsung datang dari masyarakat tiga kecamatan yang akan menjadi wilayah Pemko Berastagi
Kesehatan dan Kesejahteraan Karo Terancam

Tokoh pemuda Karo
Roy Fachraby Ginting SH :
Kasus suspect flu burung
di Karo sengaja dipolitisir
pihak tertentu
untuk kepentingan
jangka pendek
Kasus suspect flu burung di Tanah karo tidak sewajarnya dijadikan obyek dan proyek bagi pihak-pihak terkait. Hal itu ditegaskan tokoh pemuda Karo Roy Fachraby Ginting SH dan Ketua Permata (kaum pemuda gereja) Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Pusat Benyamin Pinem ST, secara terpisah di Medan kepada wartawan, Senin (5/6). Menurut Roy, masyarakat Karo sejak munculnya kasus suspect flu burung di daerah itu menjadi bingung karena banyaknya statement yang diungkapkan pejabat pemerintah. Statement yang dikeluarkan sering saling berbenturan serta kerap tidak dapat diterima logika masyarakat. “Masyarakat Tanah Karo bingung, ini tidak mengada-ada. Awalnya Menteri Kesehatan langsung memvonis meninggalnya beberapa warga Kubu Simbelang akibat flu burung yang masuk ke Karo dari pupuk kandang. Tapi argumennya itu dibantah lagi dengan komentar bahwa flu burung itu bukan dari pupuk kandang”, kata Roy. Kemudian Menkes mengatakan, virusnya dari unggas ayam, padahal ayam di Karo menurut hasil pemeriksaan tidak ada yang terjangkit virus, akibatnya masyarakat jadi bingung. “Kami menilai, pemerintah terlalu mudah mengambil kesimpulan dan kurang mantap dengan argumennya sendiri, sebab statementnya tidak disertai data dan fakta yang jelas bagi masyarakat”, ujarnya. Keputusan pemerintah untuk memusnahkan seluruh unggas di Karo katanya, wajar ditentang karena logika masyarakat sejalan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya bahwa ayam di Karo tidak terjangkit virus atau penyakit. “Bupati dan para pejabat sudah makan ayam bersama masyarakat waktu lalu warga datang ke Kantor Gubernur dan DPRD Sumut sambil memakan ayam, tidak ada apa-apa. Buktinya lagi, anggota-anggota dewan yang ikut makan ayam itu juga sehat-sehat saja. Gubernur dan rombongannya datang ke Kubu Simbelang juga tanpa pakai masker, tidak ada masalah apa-apa. Tapi sekarang ada keputusan untuk memusnahkan unggas di Karo, ini agak sulit diterima masyarakat”, ujar Benyamin. Menurut Roy, mengikuti perkembangan dan penanganan masalah suspect flu burung oleh pemerintah dari awal, ada sementara asumsi bahwa kasus suspect flu burung sengaja dipolitisir pihak tertentu untuk kepentingan jangka pendek, dalam hal ini demi mengalirnya dana bantuan dan sumbangan dari pihak luar termasuk organisasi kesehatan dunia (WHO). “Harga yang harus dibayar masyarakat Tanah Karo terlalu mahal untuk dijadikan sekedar sebuah proyek kasus dugaan flu burung. Cepat atau lambat cap sebagai daerah positif terkena flu burung ini akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat, ekonomi dan pertanian rakyat serta pariwisata daerah Karo, yang semuanya pada akhirnya akan berakibat pada kemiskinan masyarakat Kabupaten Karo. Harga ini terlalu mahal”, tandas Roy. Benyamin menilai, pemerintah harus benar-benar mengambil kesimpulan yang disertai argumen yang kuat tentang permasalahan suspect flu burung ini. “Jangan asal keluar statement, padahal disadari atau tidak itu dapat berdampak besar bagi Kabupaten Karo di masa mendatang”, ujarnya. Sekedar mengingatkan, hingga kini sudah tujuh warga Desa Kubu Simbelang Kabupaten Karo tewas, diduga akibat flu burung. Ketujuh korban yang masih satu keluarga besar tersebut masing-masing Fuji br Ginting (40 tahun, meninggal 4 Mei), Roy Karo-karo (19, 9 Mei), Anita br Ginting (29, 11 Mei), Boni Karo-karo (20, 12 Mei), Rafael Ginting (8, 13 Mei), Benata Ginting (2, 14 Mei) dan Dones Ginting (23, 22 Mei). Sementara salah seorang pasien lain, Jones Ginting, kondisinya makin membaik.
Riwayat Pemerintahan Feodal di Indonesia

Sejarah Kesultanan Serdang
di Sumatera Utara
Catatan : Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn
Kesultanan Serdang berdiri tahun 1723 dan bergabung dengan Republik Indonesia tahun 1946. Kesultanan ini berpisah dari Deli setelah sengketa tahta kerajaan pada tahun 1720. Seperti kerajaan-kerajaan lain di pantai timur Sumatra Serdang menjadi makmur karena dibukanya perkebunan tembakau, karet, dan kelapa sawit.
Serdang ditaklukkan tentara Hindia Belanda pada tahun 1865. Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani tahun 1907, Serdang mengakui kedaulatan Belanda, dan tidak berhak melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain. Dalam peristiwa revolusi sosial di Sumatra Timur tahun 1946, Sultan Serdang saat itu menyerahkan kekuasaannya pada aparat Republik.
Wilayah kekuasaan Kesultanan Serdang meliputi Batang Kuis, Padang, Bedagai, Percut, Senembah, Araskabu dan Ramunia. Kemudian wilayah Perbaungan juga masuk dalam Kesultanan Serdang karena adanya ikatan perkawinan
Menurut riwayat, seorang Laksamana dari Sultan Iskandar Muda Aceh bernama Sri Paduka Gocah Pahlawan, bergelar Laksamana Khoja Bintan, menikah dengan adik Raja Urung (negeri) Sunggal, sebuah daerah Batak Karo yang sudah masuk Melayu (sudah masuk Islam). Kemudian, oleh 4 Raja-Raja Urung Batak Karo yang sudah Islam tersebut, Laksamana ini diangkat menjadi raja di Deli pada tahun 1630. Dengan peristiwa itu, Kerajaan Deli telah resmi berdiri, dan Laksamana menjadi Raja Deli pertama. Dalam proses penobatan Raja Deli tersebut, Raja Urung Sunggal bertugas selaku Ulon Janji, yaitu mengucapkan taat setia dari Orang-Orang Besar dan rakyat kepada raja. Kemudian, terbentuk pula Lembaga Datuk Berempat, dan Raja Urung Sunggal merupakan salah seorang anggota Lembaga Datuk Berempat tersebut
Dalam perkembangannya, pada tahun 1723 terjadi kemelut ketika Tuanku Panglima Paderap, Raja Deli ke-3 mangkat. Kemelut ini terjadi karena putera tertua Raja yang seharusnya menggantikannya memiliki cacat di matanya, sehingga tidak bisa menjadi raja. Putera nomor 2, Tuanku Pasutan yang sangat berambisi menjadi raja kemudian mengambil alih tahta dan mengusir adiknya, Tuanku Umar bersama ibundanya Permaisuri Tuanku Puan Sampali ke wilayah Serdang.
Menurut adat Melayu, sebenarnya Tuanku Umar yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi Raja Deli, karena ia putera garaha (permaisuri), sementara Tuanku Pasutan hanya dari selir. Tetapi, karena masih di bawah umur, Tuanku Umar akhirnya tersingkir dari Deli. Untuk menghindari agar tidak terjadi perang saudara, maka 2 Orang Besar Deli, yaitu Raja Urung Sunggal dan Raja Urung Senembal, bersama seorang Raja Urung Batak Timur di wilayah Serdang bagian hulu (Tanjong Merawa), dan seorang pembesar dari Aceh (Kejeruan Lumu), lalu merajakan Tuanku Umar sebagai Raja Serdang pertama tahun 1723.
Sejak saat itu, berdiri Kerajaan Serdang sebagai pecahan dari Kerajaan Deli. Kerajaan Serdang berdiri lebih dari dua abad, dari 1723 hingga 1946. Selama periode itu, telah berkuasa 5 orang Sultan. Sultan Serdang I adalah Tuanku Umar, kemudian ia digantikan oleh Tuanku Sultan Ainan Johan Almashah (1767-1817). Tuanku Sultan Ainan Johan Almashah beristerikan Tuangku Sri Alam, puteri Raja Perbaungan.
Di masa Sultan Ainan Johan ini, terjadi penyatuan Kerajaan Serdang dan Perbaungan. Ceritanya, sewaktu Raja Perbaungan meninggal dunia, tidak ada orang yang berhak menggantikannya, sebab ia tidak memiliki anak laki-laki. Oleh karena anak perempuan Raja Perbaungan menikah dengan Sultan Serdang, maka akhirnya, Kerajaan Perbaungan digabung dengan Serdang. Jadi, penggabungan ini berlangsung semata-mata karena adanya hubungan kekerabatan, bukan karena peperangan.
Putera Ainan Johan Almashah yang tertua, Tuangku Zainal Abidin, diangkat menjadi Tengku Besar. Suatu ketika ia pergi berperang membantu mertuanya yang sedang terlibat perang saudara merebut tahta Langkat. Dalam peperangan membela mertuanya tersebut, ia terbunuh di Pungai (Langkat) dan digelar Marhom Mangkat di Pungai (1815). Untuk menggantikan putera mahkota (di Serdang disebut Tengku Besar) yang tewas, maka, adik putera mahkota, yaitu Tuanku Thaf Sinar Basyarshah kemudian diangkat sebagai penggantinya, dengan gelar yang sama: Tengku Besar
Ketika Sultan Johan Alamshah mangkat tahun 1817, adik Tuangku Zainal Abidin, yaitu Tuanku Sultan Thaf Sinar Basarsyah (memerintah 1817-1850) diangkat oleh Dewan Orang Besar menjadi raja menggantikan ayahnya. Ketika itu, sebenarnya Tuanku Zainal Abidin, Tengku Besar yang sudah tewas, memiliki putera, namun puteranya ini tidak berhak menjadi raja, sebab, ketika ayahnya meninggal dunia, statusnya masih sebagai Tengku Besar, bukan raja. Jadi, menurut adat Melayu Serdang, keturunan putera tertua tidak otomatis menjadi raja, karena sebab-sebab tertentu
Demikianlah, pemerintahan baru berganti dan keadaan terus berubah. Pada tahun 1865, Serdang ditaklukkan oleh Belanda. Selanjutnya, pada tahun 1907, Serdang menandatangani perjanjian dengan Belanda yang melarang Serdang berhubungan dengan negeri luar. Setelah bertahun-tahun dalam pengaruh Belanda, akhirnya, pada tahun 1946, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman Syariful Alamshah, Serdang bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Struktur tertinggi di Kerajaan Serdang dipimpin oleh seorang Raja. Pada masa itu, peranan seorang raja adalah:
- Sebagai Kepala Pemerintahan Kerajaan Serdang.
- Sebagai Kepala Agama Islam (Khalifatullah fi’l ardh)
- Sebagai Kepala Adat Melayu.
Pada masa pemerintahan raja yang ke-2, Tuanku Sultan Ainan Johan Almashah (1767-1817), tersusunlah Lembaga Orang Besar Berempat di Serdang yang berpangkat Wazir Sultan, yaitu:
- Raja Muda (gelar ini kemudian berubah menjadi Bendahara)
- Datok Maha Menteri (wilayahnya di Araskabu)
- Datok Paduka Raja (wilayahnya di Batangkuwis) keturunan Kejeruan Lumu
- Sri Maharaja (wilayahnya di Ramunia).
Pembentukan Lembaga Orang Besar Berempat di Serdang ini, disebabkan Raja Urung Sunggal kembali ke Deli, sementara Raja Urung Senembah dan Raja Urung Tg. Merawa tetap menjadi raja di wilayah taklukan Serdang.
Sultan Ainan Johan Almashah memperkokoh Lembaga Empat Orang Besar di atas berdasarkan fenomena alam dan hewan yang melambangkan kekuatan, seperti 4 penjuru mata angin (barat, timur, selatan, utara), kokohnya 4 kaki binatang dan azas Tungku Sejarangan (4 batu penyangga untuk masak makanan). Lembaga itu juga melambangkan sendi kekeluargaan pada masyarakat Melayu Sumatera Timur yaitu: suami, isteri, anak beru (menantu) dan Puang (mertua). Demikianlah, pembentukan lembaga di atas didasarkan pada akar budaya masyarakat Serdang sendiri. Selanjutnya, lembaga inilah yang berperan dalam upacara perkawinan maupun perhelatan besar
Selain para pejabat istana di atas, Sultan juga dibantu oleh Syahbandar (perdagangan) dan Temenggong (Kepala polisi dan keamanan). Sultan Serdang menjalankan hukum kepada rakyat berdasarkan Hukum Syariah Islam dan Hukum Adat seperti kata pepatah, “Adat bersendikan Hukum Syara, Hukum Syara’ bersendikan Kitabullah”.
- 1728-1782 Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Syah bin Tuanku Panglima Paderap [Kejeruan Junjungan], Raja Serdang
- 1782-1822 Tuanku Ainan Johan Pahlawan Alam Syah ibni al-Marhum Tuanku Umar [Al-Marhum Kacapuri], Raja Serdang.
- 1822-1851 Sultan Thaf Sinar Basyar Syah ibni al-Marhum Tuanku Ainan Johan Pahlawan Alam Shah [Al-Marhum Besar], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang
- 1851-1879 Sri Sultan Muhammad Bashar ud-din Saif ul-'Alam Shah ibni al-Marhum Sultan Thaf Sinar Bashar Shah [Al-Marhum Kota Batu], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang
- 1879-1946 Sri Sultan Tuanku Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah ibni al-Marhum Sultan Bashar un-din [Al-Marhum Perbaungan], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang
1946-1960 Tuanku Rajih Anwar ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah, Tengku Putra Mahkota, Kepala Rumah Tangga Istana Serdang
- 1960-2001 Sri Sultan Tuanku Abu Nawar Sharifu'llah Alam Shah al-Haj ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah, Sultan dan Kepala Rumah Tangga Istana Serdang
- 2001 Sri Sultan Tuanku Lukman Sinar Bashar Shah II ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah, Sultan dan Kepala Rumah Tangga Istana Serdang
Penulisan sejarah yang terlalu berorientasi politik, dengan titik fokus raja, keluarganya dan para pembesar istana menyebabkan sisi kehidupan sosial masyarakat awam jadi terlupakan. Oleh karena itu, bukanlah pekerjaan yang mudah untuk mendapatkan data mengenai kehidupan sosial-budaya pada suatu kerajaan secara lengkap. Berikut ini, sedikit gambaran mengenai kehidupan sosial budaya di Kerajaan Serdang pada periode pemerintahan Sultan Thaf Sinar Basyar Syah
Di masa pemerintahannya, Serdang menjadi aman tenteram dan makmur karena perdagangan yang ramai. Ketika utusan Kerajaan Inggris dari Penang, Johan Anderson, mengunjungi Serdang tahun 1823, ia mencatat:[1]
- Perdagangan antara Serdang dengan Pulau Pinang sangat ramai (terutama lada dan hasil hutan).
- Sultan Thaf Sinar Basyar Syah (juga bergelar Sultan Besar) memerintah dengan lemah lembut, suka memajukan ilmu pengetahuan dan mempunyai sendiri kapal dagang pribadi.
- Industri rakyat dimajukan dan banyak pedagang dari pantai barat Sumatera (orang Alas) yang melintasi pegunungan Bukit Barisan menjual dagangannya ke luar negeri melalui Serdang.
- Baginda sangat toleran dan suka bermusyawarah dengan negeri-negeri yang tunduk kepada Serdang, termasuk orang-orang Batak dari Pedalaman.
- Cukai di Serdang cukup moderat.
Semua hal di atas bisa terjadi karena Sultan berpegang teguh pada pepatah adat Melayu. Di antara pepatah dan adat tersebut adalah:[1]
- secukap menjadi segantang, yang keras dibuat ladang, yang becek dilepaskan itik, air yang dalam diperlihara ikan;
- genggam bara, biar sampai menjadi arang (sabar menderita mencapai kejayaan);
- cencaru makan petang, bagai lebah menghimpun madu (meskipun lambat tetapi kerja keras maka pembangunan terlaksana);
- hati Gajah sama dilapah, hati kuman sama dicecah (melaksanakan kerja pembangunan dengan berhasil baik bersama-sama).
Dalam perkembangannya, karena Sultan Thaf Sinar Basyar Syah ini amat berpegang teguh pada adat Melayu disertai sikap lemah lembut dan sopan, akhirnya banyak rakyat Batak di pedalaman yang masuk Melayu (Islam). Atas dasar jasa-jasanya, maka, ketika Sultan Thaf Sinar Basarshah mangkat pada tahun 1850, para Orang Besar dan rakyat Serdang memberikan penghormatan untuknya dengan gelar Marhom Besar
Sejarah Kekristenan di Karo

NZG di Biayai Pengusaha Perkebunan Belanda
Untuk Meng-Kristen-kan Rakyat Karo
Catatan : Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) adalah sebuah Gereja yang berdiri di Tanah Karo dan melayani masyarakat Batak Karo
Permulaan usaha perkabaran Injil ke daerah Karo bukan munculnya karena tugas rohani. Usaha itu dimulai oleh karena permohonan J.T. Craemers, seorang pemimpin perkebunan di Sumatera Timur. Beliau berpendapat bahwa jalan jalan yang paling baik supaya penduduk asli daerah itu jangan menentang dan mengganggu usaha-usaha perkebunan ialah dengan mengabarkan injil dan mengkristenkan mereka. Dengan meyakinkan maskapai perkebunan terhadap pendapatnya, Craemers meminta kepada Nederlandsche Zendeling-genootschap (NZG) (NZG) untuk membuka penginjilan di daerah Sumatera Timur, dengan biaya yang dibebankan kepada maskapai-maskapai. Permintaan itu diterima oleh NZG dan dilaksanakan pada tahun 1890-1930
Pada 18 April 1890, tibalah pekabar Injil utusan NZG yakni Pdt. H.C. Kruyt dari Tomohon, Minahasa, dan tempat pos yang pertama di Buluh Awar. Melihat medan pelayanan di kaki pegunungan sekitar Buluh Awar, sejak awal Pdt. H.C. Kruyt mengusulkan kepada Badan Zending agar dibuka pos missi ke daerah Karo Tinggi, tapi pemerintah kolonial belum memberikan izin karena alasan yang dibuat-buat, yaitu soal keamanan. Kruyt merasa kecewa terhadap alasan seperti ini. Tahun berikutnya dia menjemput empat orang Guru Injil yaitu B. Wenas, J. Pinontoan, R. Tampenawas dan H. Pesik, sebagai pembantunya.
Dua tahun kemudian (1892) Pdt. H.C. Kruyt pulang ke negerinya tanpa berhasil membaptiskan seorangpun dari suku Karo. Ia kemudian digantikan Pdt. J.K. Wijngaarden yang sebelumnya telah bekerja di Pulau Sawu dekat Pulau Timor. Pendeta inilah yang melakukan pembaptisan pertama suku Karo tanggal 20 Agustus 1893 sebanyak 6 orang: Sampe, Ngurupi, Pengarapen, Nuah, Tala dan Tabar. Pendeta Wijngarden meninggal tanggal 21 September 1894 karena serangan disentri.
Wijgaarden digantikan oleh Pdt. Joustra. Dialah yang menerjemahkan 104 ceritera-ceritera Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Karo (104 turi-turian) dan dia juga tinggal di Buluh Awar.
Kemudian datang pula Pdt. Guilloume (utusan RMG dari Jerman) dari Saribudolok yang sebelumnya bekerja ke Tapanuli. Waktu itu Saribudolok masuk daerah pelayanan pra HKBP. Bersamanya datang pula seorang Guru Injil Martin Siregar. Lalu dibukalah pos PI yang kedua di Bukum, tahun 1899.
Sampai tahun 1900, orang Karo yang sudah dibaptiskan baru sekitar 25 orang. Pertumbuhan dalam kurun waktu 10 tahun pertama sangat sulit. Kita dapat merasakan kegigihan suku Karo mempertahankan tradisi dan adat istiadatnya sehingga sehingga ia merasa aman dalam sikap hidup lama di tengah-tengah tahap kebudayaan yang bersifat magis, mistis dan animistis. Pada pihak lain kita juga merasakan kegigihan semangat penginjilan yang pantang mundur dalam memperkenalkan Injil Kristus yang sering salah dimengerti orang-orang Karo.
Kedatangan Pdt. J.H. Neuman tahun 1900 membawa pengharapan baru dalam sejarah Pekabaran Injil di Karo. Ia ditempatkan di pos baru (Pos Ketiga) di Sibolangit. Ia menerjemahkan Alkitab kedalam Bahasa Karo. Ia juga aktif dalam membuka pelayanan kesehatan, pertanian, perdagangan, dan pendidikan.
Tahun 1903 datang pula Pdt. E.J. van den Berg yang kemudian membuka pos baru (Pos Keempat) dan menetap di KabanJahe. Keduanya merupakan teman sekerja yang baik. Mereka membuka Rumah Sakit Zending di Sibolangit dan di Kabanjahe. Kemudian dengan kerjasama dengan pihak pemerintah. Pdt. E.J.Van den Berg membuka Rumah Sakit Kusta di Lau Simomo. J.H. Neumann aktif membuka pekan-pekan (sejenis pasar di desa-desa) di daerah Deli Hulu.
Tahun 1906 datang Pdt. G. Smith dan membuka Kweekschool (Sekolah Guru) di Berastagi. Sekolah ini kemudian dipindahkan dipindahkan ke Raya, tapi tahun 1920 sekolah tersebut ditutup. Guru-guru sekolah yang telah terdidik ditempatkan di desa-desa menjadi guru untuk mengabarkan Injil.
Prof. Dr. H. Kraemer meninjau ke tempat-tempat zending Karo pada tahun 1939 dan ia menekankan agar dalam waktu sesingkat-singkatnya Jemaat Karo dipersiapkan berdiri sendiri dengan pengiriman tenaga pribumi ke sekolah pendeta dan mengangkat majelis Jemaat yang sudah mampu untuk itu. Tahun 1940 dua Guru Injil P. Sitepu dan Th. Sibero dikirim ke sekolah pendeta di seminari HKBP, Sipoholon.
Pada periode ini juga berkembang pergerakan muda-mudi di tengah-tengah Gereja dengan nama Christelijke Meisjes Club Maju (CMCM) untuk kaum perempuan dan Bond Kristen Dilaki Karo (BKDK) untuk kaum pria di kalangan pemuda Kristen Karo. Kedua pergerakan ini dapat dikatakan sebagai embrio lahirnya perkumpulan pemuda Gereja seluruh GBKP yang disebut PERMATA yang pengesahannya dan peresmiannya dilaksanakan pada sidang Sinode GBKP tanggal 12 Sept 1948 sebagai hari jadi PERMATA GBKP (Rapat Permata yang pertama tanggal 25 Mei 1947; kedua tanggal 18 Juli 1948)
Guru Injil yang disekolahkan ke Seminari Sipoholon (Tarutung) menyelesaikan studinya pada pertengahan sidang Sinode Pertama yang menetapkan nama Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Sibolangit tanggal 23 Juli 1941. Pada saat yang sama juga ditahbiskan dua orang pendeta pertama dari putra Karo yaitu Pdt. Palem Sitepu dan Pdt. Thomas Sibero. Pada sinode pertama ini juga sudah ditetapkan Tata Gereja GBKP yang pertama dan ketua Sinodenya ialah Pdt. J. van Muylwijk. Sekretaris sinode adalah Guru Lucius Tambun (periode 1941-1943). Pdt. P. Sitepu ditempatkan di Tiga Nderket dan sebagai wakil ketua Klasis untuk daerah Karo Gugung (Dataran Tinggi) serta Pdt. Th. Sibero di Peria-ria, sebagai Wakil Ketua Klasis daerah Karo Jahe.
Menurut Statistik tahun 2000, GBKP mempunyai 20 Klasis dengan 745 jemaat dan sekitar 275.000 anggota. Anggota gerejanya tersebar di seluruh Sumatera , Jawa dan 1 Runggun di Pontianak Kalimantan Barat yang memiliki wilayah PI di Sanggau sekitarnya dan Ngabang sekitarnya serta satu calon gereja di Simpang Tanjung (di tepi jalan antar negara Indonesia Malaysia). Gereja ini dilayani oleh 160 orang pendeta penuh waktu, 32 vikaris, 3 Guru Agama, 50 Guru Injil
Pimpinan GBKP berada di tangan Moderamen Sinode dengan Ketua umumnya Pdt. Jadiaman Perangin-angin, D.Th., dan Sekretaris Umumnya Pdt. Nangkasi Keliat, M.Th. Bendahara umum dipegang oleh Dk. Rahel br Pandia, SH.
Moderamen Sinode GBKP dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Departemen Kesaksian, Departemen Persekutuan, dan Departemen Pelayanan. Selain itu ada pula sejumlah Biro, yaitu Biro Rumah Tangga/Perlengkapan Moderamen, Biro Personalia/Statistik, Biro Humas/Litbang/Hukum, dan Kepala Kas dan Pembukuan Keuangan.
Selain itu ada pula sejumlah yayasan yang dikelola oleh GBKP, antara lain Yayasan Pendidikan Kristen, Yayasan Taman Kanak-kanak GBKP, Badan Pengembangan Ibadah/Musik Gereja, Retreat Center, Yayasan Gelora Kasih Suka Makmur, Yayasan Panti Asuhan Kristen GBKP Alpha Omega, Yapos GBKP, Yayasan Ate Keleng, Yayasan Wisata Rohani GBKP, dan Asrama Pemuda GBKP Maranatha.
Kantor Moderamen GBKP terletak di Jl. Kapten Pala Bangun No. 66, Kabanjahe, Sumatera Utara.
GBKP adalah gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dewan Gereja-gereja Asia, Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia, dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC). Selain itu GBKP bermitra dengan Nederlanse Hervormde Kerk di Belanda, Evangelical Lutheran Church in America (ELCA).