Rabu, 16 April 2008

Puisi Pertobatan

Mohon Pengampunan-Mu Ya Tuhan....!!!

Tuhan… !!!
hanya pada-Mu tempatku meminta dan memohon ampun…
Kehidupanku selama ini telah membuat-Mu marah kepadaku….
Dunia kehidupan telah membawaku pada kenikmatan-kenikmatan duniawi yang amat semu dan hampa, hingga lupa pada semuanya…
Dalam keadaan itu, aku selalu kecewa dengan pilihan2ku dan rencanaku yg semuanya gagal.
Aku marah pada Tuhan…
tak mengerti mengapa Tuhan seolah-olah membenciku…
mengapa aku dibiarkan menderita terus-menerus ?
Apakah dosaku memang tak terampuni,sehingga harus kutebus dengan penderitaan yang tiada berkesudahan?
Pemikiran-pemikiran itu sempat berkecamuk di dalam hatiku.
Namun Tuhan adalah Sang Maha Berkehendak.
Dia Maha Kuasa.
Rencana-Nya hanyalah milik-Nya.
Pada saat aku merasakan dunia seolah menindih dan membuatku tak dapat bernafas karena berada pada titik penderitaan tertinggi, Tuhan datang mengulurkan tangan-Nya.
Saat itulah, aku berada pada penyerahan diri hanya kepada-Nya. Yang kutahu hanyalah aku tak memiliki siapapun untuk berpaling meminta pertolongan.
Tuhan itu Maha Pengampun.Tak kuduga, Tuhan mengampuniku…
Tuhan menyelamatkan kehidupanku, walaupun harus ku bayar mahal dengan penderitaan dan hinaan…
Aku berserah diri sepenuhnya hanya kepada-Nya.
“Tuhan, terimalah aku dengan segala kekuranganku yg penuh dengan dosa ini dalam pelukan-Mu.
Aku akan menyerahkan seluruh hidupku pada-Mu saja ya…
Tuhanku,Terimakasih untuk hari2 yg indah,
trimakasih untuk suka dan duka, trimakasih untuk bunga yg indah serta durinya yg tajam, Trimakasih untuk hari yg terang dan malam yg gelap…
trimakasih untuk…
hanya kepada-Mu ya Tuhan, tempatku berlindung dan berserah diri…
Terjadilah apa yang menjadi kehendak-Mu atas diriku…”GBU too…

Curahan hati di Malam hujan yg deras dan gelap gulita di kampus USU tercinta di Padang Bulan Medan…

Salam sayang selalu buat teman2…
Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn

Jumat, 28 Maret 2008


Kabanjahe Plaza, Riwayatmu kini…!


Oleh : Roy Fachraby Ginting,SH,M.Kn

Masih segar dalam ingatan saya, sekitar tahun 1998 saya berkeinginan untuk membangun sebuah pusat perbelanjaan di Kabupaten Karo. Ide itu di latar belakangi melihat potensi kota Kabanjahe sebagai segi tiga emas untuk perlintasan Kabupaten Dairi, Aceh Selatan dan Aceh Tenggara, sehingga kalau Kabanjahe di bangun pusat prekonomian, maka di pastikan bumi turang tersebut akan menjadi kota dollar di Sumatera Utara. Bupati Karo pada waktu itu, Sinar Perangin-angin menyambut ide dan proposal saya, dimana beliau juga ingin memulai gebrakannya, setelah sekira dua bulan menjabat Bupati Karo sejak dilantik Gubsu T Rizal Nurdin 9 Desember 2000. Awal dari gerakan membangun Kabupaten Karo yang dikenal sebagai daerah pertanian dan pariwisata itu, dengan menyetujui proposal PT Sinabung Mega Persada yang saya dirikan untuk segera dibangun pusat perbelanjaan tingkat nasional di Kabanjahe dengan nilai investasi sebesar atau senilai Rp 25 miliar.
Bupati Karo sangat menyambut positif ide dan gebarakan PT Sinabung Mega Persada yang saya pimpin, untuk segera membangun pusat perbelanjaan Kabanjahe Plaza di Jalan Kapten Pala Bangun/Jenderal Sudirman, Kabanjahe. Kepada wartawan SIB dalam wawancara khusus di ruang kerjanya, Jumat (23/2), Bupati membenarkan bahwa peletakan batu pertama oleh Bupati Karo dijadwalkan Sabtu (4/3).
Rencana itu terungkap dalam audiensi Direktur Utama PT Sinabung Mega Persada Roy Fachraby Ginting, SH Jumat (23/2). Pembangunan pusat perbelanjaan tersebut merupakan sumbangsih bagi kepariwisataan Tanah Karo yang dikenal sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata) ke-2 Sumatera Utara setelah Parapat/ Danau Toba. Diharapkan kelesuan kepariwisataan terakhir ini dapat dipacu dengan peningkatan sarana serta fasilitas yang mengikuti kemajuan jaman.
Bupati menyebutkan, pembangunan kepariwisataan Tanah Karo harus dipacu dengan kerja keras dengan pola melibatkan masyarakat. Sehingga pemberdayaan perekonomian masyarakat akan meningkat.
Direktur PT Sinabung Mega Persada Roy Fachraby Ginting, SH kepada SIB di lobbi Kantor Bupati Karo usai audiensi dengan Bupati membenarkan segera dibangunnya Kabanjahe Plaza. Bupati telah merestui sepenuhnya dan peletakan batu pertama Sabtu (4/3) mendatang. Plaza ini, katanya lagi, dibangun dengan sistim pusat perbelanjaan kerakyatan dan modern. Artinya pada lantai utama dibangun untuk kepentingan kalangan masyarakat yang ditata sedemikian rupa sehingga terkesan tradisionil modifikasi modern. Sedangkan pada lantai 2 dan 3 ditata peruntukannya bagi turis domestik dan mancanegara dengan segala fasilitasnya, sehingga menjadi fungsi ganda bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Sebab selain dapat menampung para pedagang yang kini "menyemak" hampir di setiap trotoar inti kota dan terkesan "Semraut" tidak tertata.
Roy Fachraby Ginting membenarkan, pusat perbelanjaan Kabanjahe Plaza dibangun dengan dana sekitar Rp 25 Miliar itu akan menjadi kebanggaan masyarakat daerah Karo. Disamping mendukung kepariwisataan akan menambah pendapatan daerah dari sektor pajak, retribusi dan lainnya sejalan dengan nafas otonomi daerah yang tengah diawali sesuai dengan UU nomor 22/99. Hal ini penting artinya bagi kemajuan daerah ini, dan merupakan tanggung jawab moral sebagai putra daerah ini, katanya.
Ketua DPRD Karo Bon Purba menyambut positif investor pembangunan pusat perbelanjaan Kabanjahe Plaza yang akan memberi warna cerah kepariwisataan dan pendapatan daerah ini.
Hal yang sangat membanggakan saya sebagai Direktur Utama PT Sinabung Mega Persada selalu investor dan perusahaan yang membangun Kabanjahe Plaza adalah, dimana Putra mantan Presiden Soekarno, Guruh Soekarno Putra, meninjau pembangunan pusat perbelanjaan dan pertokoan Kabanjahe Plaza yang bernilai Rp 25 miliar di Jalan Jenderal Sudirman, Kabanjahe, Minggu (10/6). Di sela sela kunjungannya ke Tanah Karo.

Dalam peninjauan tersebut Guruh di dampingi Ketua DPD PDI-P Sumut Drs Rudolf Pardede, anggota DPRD Sumut Ir Taufan Agung Ginting, Ketua DPRD Karo Bon Purba dan Bupati Karo Sinar Peranginangin. Sedangkan dari pusat perbelanjaan hadir pihak manajemen PT Sinabung Mega Persada selaku pengelola Kabanjahe Plaza yaitu Direktur Utama Roy Fachraby Ginting, SH

Pada kesempatan itu Guruh menerima penjelasan dari Dirut PT Sinabung Mega Persada, Roy Fachraby Ginting tentang pembangunan proyek pusat perbelanjaan yang nilainya Rp 25 miliar tersebut.

Pusat perbelanjaan nantinya diperuntukkan bagi perbaikan perekonomian masyarakat daerah setempat. Lantai I kepada pedagang ekonomi lemah dengan fasilitas modern, sedangkan lantai 2 s/d 4 untuk kebutuhan turis domestik dan mancanegara dengan fasilitas nasional dan modifikasi internasional. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang daerah tersebut sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata) kedua Sumatera Utara.

Roy mengemukakan pula, pusat perbelanjaan nantinya memfasilitasi sekitar 50 unit rumah toko, 350 unit kios dan stand, sedangkan barang yang diperdagangkan mulai dari tradisional sampai bertaraf internasional.

Guruh yang meninjau pusat perbelanjaan dan pertokoan Kabanjahe Plaza tersebut dihadiahi seperangkat pakaian adat Karo berupa manik-manik, tumbuk lada dan "uis beka buluh" sebagai lambang kekeluargaan bagi masyarakat daerah setempat

Kini, Bangunan Kabanjahe Plaza telah berdiri megah di kota Kabanjahe, tinggal bagaimana masyarakat Kabupaten Karo mau memanfaatkannya, sebagai pusat ekonomi dan bisnis, serta bagaimana peranan pengusaha di daerah tersebut, untuk memanfaatkannya, dan dukungan pemerintah daerah yang saat ini di komandoi Kolonel Purnawirawan Drs D.D Sinulingga tersebut.

Rabu, 26 Maret 2008

Profil Rektor USU


Rektor USU Chairuddin Panusunan Lubis yang Aku Kenal

Catatan : Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn

Sebagai alumni USU, saya mempunyai kesan khusus dengan Prof.dr.Chairuddin Panusunan Lubis, ketika saya menyelesaikan pendidikan S-1 di Fakultas Hukum USU di tahun 1997, beliau yang mewisuda saya dan ketika saya menyelesaikan pendidikan S-2 di Sekolah Pascasarjana USU jurusan Magister Kenotariatan di tahun 2007, beliau juga yang mewisuda saya. Saya mempunyai kesan mendalam kepada beliau dalam memimpin USU. Kesan tersebut adalah, beliau di kenal lemah-lembut, jujur dan tegas. Rektor Universitas Sumatera Utara yang selalu menyebut mahasiswa sebagai "adik-adik" ini masih terbiasa disapa dengan kata "abang" oleh junior dan adik-adiknya itu.
Chairuddin Panusunan Lubis yang dilantik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI menjadi Rektor USU di tahun 1995. Namun, sang dokter spesialis anak yang berpraktek di Jl Abdullah Lubis ini, sedikit lebih tua dari Republik Indonesia, karena ia lahir pada tanggal 18 Maret 1945, di Kuala Tungkal, Jambi.

Dari nama lengkapnya yang terdapat kata Panusunan, yang dalam bahasa Indonesia, maksudnya adalah pemimpin, pengatur, penata atau penyusun. Dalam budaya Tapanuli, segera memahami bahwa Chairuddin kecil kelak diharapkan menjadi orang yang mampu mengurus hal-hal penting bagi masyarakatnya. Doa yang tersirat dalam nama lengkapnya itu kemudian menjadi kenyataan. Pria berperawakan tinggi 173cm dan berat 74 kg yang ketika mahasiswa dikenal jagoan bola pimpong dan bridge adalah mantan aktivis organisasi mahasiswa.

Ketika namanya muncul sebagai kandidat Rektor, banyak yang belum tahu, kalau dosen yang berusia 42 tahun kertika terpilih menjadi Rektor ini telah berpangkat Pembina Utama Muda (IV/C) dan menjadi Guru Besar pada usia 45 tahun. Beliau memiliki segudang pengalaman memimpin. Agaknya, karena pria yang ketika masih mahasiswa ini sudah terbiasa dengan penderitaan tergolong low profile, maka tak banyak yang tahu bahwa perjalanan hidupnya seperti namanya yang memakai kata Panusunan

Sejak mahasiswa, putra pensiunan perwira menengah ini sudah biasa memimpin, menyusun dan melaksanakan rencana kerja, baik dalam skala akademik maupun organisasi. Ketika masih duduk di akhir tingkat tiga, Chairuddin sudah mendapat kepercayaan sebagai asisten parasitologi di almamaternya, Fakultas Kedokteran USU. Kemudian oleh teman-temannya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FK USU, pada tahun 1970-72 dia diberi mandat sebagai Ketua Umum. Belum diwisuda sebagai dokter umum, tahun 1973-74 Chairuddin ditugaskan sebagai dosen parasitologi di FMIPA USU, waktu itu masih FIPIA. Beliau menyelesaikan pendidikan dokter dan lulus dokter umum tahun 1974.

Selang dua tahun setelah dilantik sebagai dokter umum, disamping menjadi asisten ilmu kesehatan anak (1976-80), dokter yang tamat program spesialis anak tahun 1980 ini sudah diserahi tugas sebagai Sekretaris Pendidikan Mahasiswa Bagian Ilmu Kesehatan Anak di FK USU (1976-79). Seterusnya menjadi Sekretaris Program Pendidikan Spesialis Anak (1980-83), Kepala Subbag Penyakit Infeksi (1980-90), Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak (1983-86), Kepala Unit Pelaksana Fungsional di RSU Pirngadi (1983-91), Sekretaris Tim Koordinator Pelaksana Program Pendidikan Dokter Spesialis (1990-92), Ketua Jurusan Ilmu Kedokteran Anak (sejak 1990) dan Perwakilan Corsorsiium Health Sciences

Dalam profesi dan kegiatan sosial lainnya, bintang sepakbola lansia atau lanjut usia USU ini, pernah dan masih menduduki sejumlah posisi kunci. Sekadar menyebut dua contoh: Salah seorang Ketua Tim Operasi Kembar Siam, Pengurus Bridge Cabang Sumut, dan Ketua IDAI Sumut dan Aceh. Penerima Medica Award 1992 bidang penelitian ini juga menerima banyak penghargaan. Misalnya, dari lembaga kemahasiswaan. Atas jasa-jasa yang diberikannya secara ikhlas untuk menjungjung tinggi almamater USU, pada tahun 1974, Dewan Mahasiswa USU memberinya penghargaan dan ucapan terima kasih. Sedangkan karya ilmiahnya, tercatat ada 47 judul, ini baru untuk kategori sebagai penulis utama saja

Menurut Prof.Chairuddin, ada tiga prinsip yang dipegang dokter yang setiap hari memeriksa ratusan anak-anak ini dalam memimpin USU. Ketiga prinsip itu ialah lemah-lembut, jujur dan tegas. Rektor yang selalu menyebut mahasiswa sebagai adik-adik dan masih terbiasa disapa dengan kata abang oleh junior dan adik-adiknya ini.


Riwayat Hidup Singkat :

Prof. Chairuddin Panusunan Lubis, DTM&H.Sp.A(K)

Lahir:
Kuala Tungkal, Jambi, 18 Maret 1945
Agama:
Islam
Postur:
TB 173 cm BB 74 kg
Pendidikan:
Fakultas Kedokteran USU 1974
Program spesialis anak tahun 1980
Pekerjaan:
Rektor USU
Dosen parasitologi di FMIPA USU, waktu itu masih FIPIA
Asisten ilmu kesehatan anak (1976-80)
Sekretaris Pendidikan Mahasiswa Bagian Ilmu Kesehatan Anak di FK USU (1976-79)
Sekretaris Program Pendidikan Spesialis Anak (1980-83),
Kepala Subbag Penyakit Infeksi (1980-90),
Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak (1983-86),
Kepala Unit Pelaksana Fungsional di RSU Pirngadi (1983-91),
Sekretaris Tim Koordinator Pelaksana Program Pendidikan Dokter Spesialis (1990-92),
Ketua Jurusan Ilmu Kedokteran Anak (sejak 1990) dan
Perwakilan Corsorsiium Health Sciences
Organisasi:
Pengurus Bridge Cabang Sumut,
Ketua IDAI Sumut dan Aceh.
Penghargaan:
Penerima Medica Award 1992 bidang penelitian

Misteri Pembakaran Gedung DPRD Karo

di Harapkan Segera Terungkap

Catatan : Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn

Ketika rakyat Kabupaten Karo mulai lupa dalam kasus pembakaran Gedung DPRD Kabupaten Karo di Sumatera Utara, Sabtu, tanggal 2 Desember 2000 dinihari, oknum tersangka telah berhasil di ciduk Polres Tanah Karo. Pembakaran Gedung DPRD Karo tersebut di duga kuat merupakan puncak dari pertarungan pemilihan bupati antara DD Sinulingga dan Sinar Peranginangin yang berakhir ricuh. Polres Karo melalui tim bentukan AKBP Tumpal Manik SH akhirnya menangkap enam tersangka pembakaran dari tempat berbeda. Keberhasilan mengungkap kasus itu diawali dengan penangkapan Bisman Sinulingga di Pekanbaru, Riau pada Sabtu (15/3).Keenam tersangka pembakar kantor DPRD Karo secara beruntun berhasil ditangkap. Dua di antara pelaku merupakan mantan anggota DPRD Karo. Yakni Jon Andreas Purba dan Wakil Ketua DPRD Karo dari FPDIP periode 1999-2004 Bastanta Surbakti. Empat tersangka lainnya adalah Bisman Sinulingga, Rinaldi Sembiring, Albert Ginting dan Johanes Sitepu. Mereka tercatat kader partai PDI Perjuangan pada waktu itu.
Keterangan diperoleh, terungkapnya kasus ini berawal dari ditangkapnya Bisman Sinulingga di Pekanbaru pada Minggu (16/3). Dari penuturan Bisman, Polres Karo pun mencokok Jon Andreas Purba di kediamannya di Jalan Sei Padang Medan. Selang beberapa jam kemudian, Rinaldi Sembiring pun diciduk saat mengisi BBM di SPBU Kabanjahe.
Penangkapan tidak terhenti sampai di situ, sejumlah polisi yang bersenjata laras panjang menyergap Albert Ginting dan Johanes Sitepu di kawasan Pasar Sore, Padangbulan Medan dan kawasan Tanjung Selamat Medan. Dari mulut tersangka meluncurlah nama mantan Wakil Ketua DPRD Karo Bastanta Surbakti hingga akhirnya dibekuk di kediamannya di Desa Daulu Kecamatan Berastagi.
Peristiwa pembakaran Gedung wakil rakyat 8 tahun lalu itu, bermula dari ekses kasus pemilihan ulang bupati Karo. Bermula dari pro dan kontra hasil pemilihan bupati tanggal 8 April 2000. Ada yang menganggap pemilihan itu cacat hukum karena berlangsung dalam tekanan dan tidak sesuai mekanisme pemilihan. Misalnya, tiga anggota Fraksi PDI Perjuangan Tenang Torong, Mukhtar Siregar dan Sadirman Bangun disekap di ruang Ketua DPRD Karo dan tidak dibolehkan memilih. Fraksi yang memilih akhirnya hanya satu, yaitu F-PDIP. Sedangkan Fraksi TNI/Polri dan Reformasi meninggalkan ruangan sidang (walk out). Dalam pemilihan, jago PDI-P, Sinar Peranginangin meraih 14 suara, sedangkan rivalnya DD Sinulingga tidak meraih satu suara pun. DPRD Karo ada waktu itu memiliki 30 anggota, 16 di antaranya tidak menggunakan haknya. Pemilihan ulang bupati Tanah Karo dilakukan karena hasil pemilihan yang di langsungkan pada bulan April 2000, yang dimenangkan pasangan Sinar Perangin-Angin dan Jidin Sebayang tak diakui Menteri Dalam Negeri. Pasalnya, pemilihan tersebut dianggap menyimpang dari prosedur dan hanya dilakukan oleh Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sedangkan fraksi yang lain seperti Fraksi Partai Golongan Karya, F-TNI/Polri, dan Fraksi Gabungan tak mengikuti pemilihan dan meninggalkan ruang sidang.

Atas dasar itu, Mendagri melalui surat nomor 131.22/161 25 Mei 2000, menyatakan bahwa hasil pemilihan tanggal 8 April belum mencerminkan hasil demokrasi dan harus diulang. Mendagri segera mengeluarkan instruksi kepada DPRD Tanah Karo agar melakukan pemilihan ulang. Namun Ketua DPRD menolak perintah tersebut dengan alasan pemilihan itu telah sah. Silang pendapat itu membuat aktivitas DPRD lumpuh selama delapan bulan terakhir ini. Guna mengisi kekosongan tersebut, Wakil Ketua DPRD dan pelaksana Bupati mengundang anggota Dewan untuk melakukan pemilihan ulang. Namun, rencana ini mendapat perlawanan dari F-PDIP dan Ketua DPRD Tanah Karo. Menanggapi surat tersebut, Wakil Ketua DPRD Karo Bastanta Surbakti menyurati Mendagri, Gubernur Sumut dan Pangdam I Bukit Barisan tanggal 30 November 2000. Intinya, menolak dilakukan pemilihan ulang karena hal itu di nilai tindakan inkonstitusional.
Sehari sebelum kebakaran, setelah terbitnya surat dari Mendagri , rencananya pemilihan ulang Bupati Karo dilakukan pada 2 Desember 2000.Tetapi, dini harinya kantor DPRD Karo terbakar. Akibat kebakaran itu, Gedung DPRD Kabupaten Karo di Jalan Veteran, Kabanjahe, musnah. Kebakaran terjadi mulai pukul 04.00 dan baru bisa dipadamkan pukul 05.30.Atap bangunan dan sebagian dindingnya musnah terbakar dan hanya tersisa dinding betonnya dan kerangka atap besi. Sedangkan arsip surat surat serta berkas administrasi DPRD Karo sejak jaman kemerdekaan musnah dan hangus terbakar.

Pelaksana Bupati Karo pada waktu itu, Drs Sabam Isodorus Sihotang dalam laporannya kepada Gubernur Sumatera Utara T Rizal Nurdin mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Kerugian akibat kebakaran gedung bermotif adat Karo ini diperkirakan Rp 1 milyar. Sedangkan Kepala Polres Karo Darmono dalam keterangannya membenarkan, kebakaran Gedung DPRD Karo ada unsur kesengajaan, diduga pelakunya lebih dari satu orang. Barang bukti yang ditemukan berupa dua jirigen, satu sudah kosong dan satu lagi berisi tujuh liter bensin. Setelah beberapa kali Kapolres Tanah Karo mengalami pergantian, mulai di masa jabatan Darmono, baru di masa Tumpal Manik kasus tersebut mulai terkuak. Namun di balik di tangkapnya para tersangka, jelas sekali ke enam tersangka dari segi politik dan kepentingan tidak memiliki keuntungan dari pembakaran gedung DPRD Karo itu. Artinya dari kaca mata hukum perlu di selidiki dan di telusuri latar belakang pembakaran gedung yang merupakan asset masyarakat Kabupaten Karo tersebut. Hal itu mungkin saja para tersangka merupakan orang suruhan dan pembakaran itu mungkin sebuah konspirasi para elit yang mempunyai kepentingan dalam pemilihan Bupati Karo. Sehingga dengan pembakaran itu mereka di untungkan dari segi kepentingan politik dan kepentingan ekonomi. Memang efek dan manfaat pembakaran gedung DPRD Karo itu sangat efektif, karena beberapa saat atau beberapa pekan kemudian, setelah pembakaran gedung DPRD Karo, Sinar Peranginangin dan Djidin sebayang, SH dilantik Gubernur T Rizal Nurdin menjadi Bupati dan Wakil Bupati Karo.

Dalam pemeriksaan polisi nantinya di harapkan akan terungkap aktor intelektual dan otak pembakaran gedung DPRD Karo. Siapa yang mempunyai ide, siapa yang merencanakan, dimana rencana tersebut di bahas dan di matangkan, siapa saja yang hadir untuk merencanakan, siapa operator dan kordinator yang bertanggung jawab dalam operasi pembakaran dan siapa saja pelaku yang langsung turun melakukan pembakaran di lapangan. Hal ini sangatlah penting, untuk pembelajaran politik di masa depan, agar kasus serupa tidak terulang di masa mendatang, yang mana hal ini tentunya sangat merusak sendi sendi demokrasi Pancasila, yang telah di bangun dengan demikian baik.

Kini masyarakat Karo menunggu kerja keras Polres Tanah Karo, agar teka teki dan misteri pembakaran gedung kebanggaan masyarakat Kabupaten Karo itu segera terungkap. Sehingga nantinya jangan hanya ke 6 tersangka yang berhasil di tangkap Polres Karo tersebut di korbankan demi kepentingan elit tertentu.

Jumat, 21 Maret 2008

Mengenang Letjend Drs Djamin Ginting Soeka
Seorang Pejuang Sejati Bagi Masyarakat Karo


Catatan : Roy Fachraby Ginting, SH, M.Kn


Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Tanah Karo. Djamin Ginting dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah dia bergabung dengan satuan militer yang diorganisir oleh opsir-opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri dari anak-anak muda di Tanah Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Ginting muncul sebagai seorang komandan pada pasukan bentukan Jepang itu.
Letjend. Djamin Ginting, lahir di Suka sebuah desa di kabupaten Tanah karo, 12 Januari 1921 Ayahnya bernama Lantak Ginting Suka dan ibunya bernama Tindang Br. Tarigan. Ia anak ke dua dan tujuh orang bersaudara. Tahun 1928 Ia masuk sekolah Ver Volg School di desanya dan kemudian dilanjutkan ke Schakel School (SD lanjutan) di Kabanjahe. Tahun 1935 Ia masuk MULO di Medan, disana ia kemudian mulai terlibat dalam organisasi diantaranya Pertoempoean Karo bersama- sama temannya antara lain Nelang sembiring, Kontan Bangun. Selamat Ginting, dll. Ketika perang Asia Timur Raya pecah ia kemudian masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA). Ia kemudian banyak terlibat dalam Tentara Keamanan Rakyat dan menjabat sebagai komandan devisi IV di Kabanjahe hingga ke Dairi. Ia menikah dengan Likas Br Tarigan.
Pada masa perang kemerdekaan dan agresi militer Belanda pertama dan kedua. ia terlibat intens dalam mempertahankan kedaulatan RI. Seperti yang dikisahkannya dalam buku Bukit Kadir, ia terlibat beberapa kali pertempuran dan perundingan dengan pihak Belanda. Salah satu peristiwa yang memilukan ketika serangan udara dilakukan oleh tentara Belanda. banyak temannya seperjuangan yang gugur.
Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra-putra Karo memperkuat pasukan Jepang kandas setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II. Jepang menelantarkan daerah kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang. Sebagai seorang komandan, Djamin Ginting bergerak cepat untuk mengkonsolidasi pasukannya. Dia bercita cita untuk membangun satuan tentara di Sumatera Utara. Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang ke desa masing masing. Beliau memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi rakyat Karo dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatera Utara. Situasi politik ketika itu tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggris masih berkeinginan untuk menguasai daerah Sumatera.
Dikemudian hari anggota pasukan Djamin Ginting ini akan mucul sebagai pionir-pionir pejuang Sumatera bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting, Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Ginting, Kapten Selamet Ketaren, dan lain lain adalah cikal bakal Kodam II/Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. Ketika Letkol. Djamin Gintings menjadi wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Kolonel M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Kodam II/Bukit Barisan. Djamin Ginting tidak sepaham dengan tidakan Kolonel Simbolon untuk menuntut keadilan dari pemerintah pusat melalui kekuatan bersenjata. Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Disatu pihak, Simbolon merasa Sumatera dianak-tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi. Dilain pihak, Ginting sebagai seorang tentara profesianal memegang teguh azas seorang prajurit untuk membela negara Indonesia.
Dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan (Sumatera Utara) maka Panglima TT I, Letkol Inf Djamin Ginting melancarkan Operasi Bukit Barisan. Operasi ini dilancarkan pada tanggal 7 April 1958. Dengan dilancarkannya operasi Bukit Barisan II ini, maka pasukan Nainggolan dan Sinta Pohan terdesak dan mundur ke daerah Tapanuli. Dipenghujung masa baktinya, Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, ia kemudian aktif sebagai tentara di Kodam I Bukit Barisan sebagai wakil Panglima. Pada masanya sangat banyak masyarakaty Karo tertolong dengan bantuannya, dengan memasukkan putra Karo bekerja di perkebunan Negara.
Kemudian ia diangkat menjadi Panglima Kodam I Bukit Barisan menggantikan Kolonel Simbolon. Pada saat itu, sedang terjadi pergolakan PRRI yang dikenal dengan dewan Gajah. Ia membuat strategi untuk menumpas pemberontakan tersebut, yang kemudian membebas tugaskan perwira yang terlibat. Pangkatnya kemudian dinaikkan menjadi Kolonel. Tahun 1962 oleh Mayjend. Ahmad Yani ditarik ke Mabes AD sebagai Asisten II Operasional dan Latihan AD.
Di tahun yang sama pangkatnya kemudian diangkat menjadi Brigadir Jenderal. Di posisinya yang baru. ia banyak terlibat dalam masalah pengambilalihan Irian Barat serta konfrontasi dengan Malaysia. Tahun 1964 pangkatnya dinaikkan lagi menjadi Mayor Jenderal. Pada April 1965, ia menjadi Ketua steering commettee seminar pertama TNI AD, yang kemudian melahirkan konsep dwi fungsi ABRI yang diperkenalkan oleh A.H Nasution. Pada 30 September 1965 terjadi pemberontakan PKI.
Seorang putrinya bernama Rimenda br Ginting, SH, yang sekarang menjabat sebagai ketua umum Himpunan Masyarakat Karo Indonesia. Semasa hidupnya, Djamin Gintings menulis beberapa buku. Satu diantaranya "Bukit Kadir" mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawan Hindia Belanda. Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo dalam suatu pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu sekarang dikenal dengan nama Bukit Kadir. Salah satu peristiwa yang memilukan ketika serangan udara dilakukan oleh tentara Belanda. banyak temannya seperjuangan yang gugur. Kejadian itu kemudian melahirkan lagu Oh, turang yang sangat popular ketika itu
Tahun-tahun berikutnya ia aktif di lembaga DHN angkatan 45 dan terpilih sebagai Ketua II. Sementara sebagal pembina adalah Soeharto dan Ketua Umumnya adalah Adam Malik. Ia akhirnya terjun ke dunia politik dan kemudian menjadi salah satu pendiri Sekber Golkar mewakili Gakari (Gabungan Karya Rakyat Indonesia). Di tahun 1970 ia menamatkan pendidikannya dan Fisipol Untag dengan gelar dokterandus (Drs). Di tahun 1971 ia terpilih kembali sebagai Ketua I DHN 45 dan sebagai Ketua Umum-nya adalah Soeharto. Selama hidupnya Djamin Ginting di kenal sangat mencintai Karo baik dalam perbuatan dan tindakannya sebagai pejuang dan pejabat Negara.
Karirnya di militer juga terus menanjak dengan pangkat Letjen tahun 1971. Dan di tahun ini juga kemudian terpilih menjadi anggota DPR RI Komisi II. Soeharto yang terpilih menjadi presiden, kemudian mengangkat Djamin Gmntings menjadi Duta besar untuk Canada. Namun karirnya menjadi duta besar tidak selesai dijalaninya karena beliau wafat sebelum masa tugasnya selesai. Ia meninggal dunia tanggal 23 Oktober 1974 di Montreal Canada dan kemudian dikebumjkan di TMP Kalibata.
Jabatan yang pernah diduduki, Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan , Assisten Dua Bagian Perang di TNI, Panglima TT I Bukit Barisan., Panglima Sumatera Utara, dengan pangkat Mayor Jenderal, menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Front Nasional, di Kabinet Dwikora Revisi Kedua., Penggerak dari pembentukan GAKARI yang nantinya akan membentuk GOLKAR.

Lingkungan Hidup Kita


Menhut RI Dr.HMS Kaban :


Hasil Hutan Indonesia

Dicuri 35 Hingga 45 Triliun Setiap Tahun

Menteri Kehutanan RI H Malem Sambat Kaban SE MSi menyatakan, pembangunan lapangan golf tidak diperlukan kalau sampai melakukan perusakan hutan dan lingkungan. Pembangunan tersebut hanya akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar, ketimbang dampak positifnya. Hal tersebut dikatakan H Malem Sambat Kaban, dalam kata sambutannya di Acara Pesta Adat Syukuran Njujungi Beras Piher/Tepung Tawar kepadanya di Jambur Namaken Minggu, 27 Maret lalu.

H MS Kaban mengharapkan agar seluruh komponen masyarakat Karo dapat menjaga dan melestarikan hutan. “Masyarakat Karo dikenal hoby dan ulet Nuan-nuan (menanam-red), sehingga marilah kita galakkan hoby itu menjadi Nuan-nuan kayu (menanam kayu -red) untuk pelestarian hutan kita, kata HMS Kaban, dalam pidatonya, di hadapan ribuan masyarakat Karo yang didampingi Ketua Umum DPP Lembaga Adat Budaya Karo Runggun Merga Silima Drs Yusuf Pehulisa Sitepu dan Roy Fachraby Ginting selaku Panitia pelaksana acara itu dengan penuh harapan.

Diungkapkan HMS Kaban, dirinya telah menandatangani surat pernyataan kepada Presiden SBY, akan menjalankan tugas dalam bidangnya, untuk penyelamatan hutan, sehingga untuk itu, dirinya tidak akan segan-segan menindak tegas cukong-cukong yang melakukan perusakan hutan negara.

“Sebanyak Rp 35 hingga Rp 47 triliun per tahun hasil hutan kita dicuri, oleh cukong-cukong pencuri kayu. Sementara oknum-oknum petugas kita, hanya menerima recehan saja, sehingga oknum-oknum seperti itu, harus juga ditindak dengan tegas, karena telah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi negara kita”, ujar HMS Kaban dengan tegas.

Dalam acara syukuran Pesta Adat Njujungi Beras Piher tersebut, Menteri Kehutanan RI HMS Kaban SE MSi membawa istri, anak-anak, ibunya Hj S br Tarigan dan saudara kandungnya di antaranya N Kaban dan Kaminsyah Kaban. Sementara itu ribuan masyarakat Karo dengan tekun dan antusias, mengikuti jalannya acara, yang turut pua dihadiri tokoh-tokoh masyarakat Sumatera Utara, diantaranya Terenan Ginting Bc Ip SH, Ir Derom Bangun, Mulia Tarigan, Dr Raja Malem Kaban, Palar Nainggolan, Ir Budi Derita Sinulingga MSi, Tampak Sebayang SH DR Drs Layari S Kaban MBA Dr Robert Valentino Tarigan, Drs Paulus Sitepu, Dr Masang Sitepu, DR Syaad Afifuddin Sembiring, Sigit Pramono Asri SE M Syaf Lubis, Ir M Subur Sembiring, dan lain-lain.

Acara Pesta Adat Njujungi Beras Piher dan Tepung Tawar itu seyogyanya diselenggarakan 6 Maret 2005, namun karena kesibukan Menteri Kehutanan HMS Kaban, maka acara tersebut diundurkan menjadi 27 Maret yang diselenggarakan DPP Lembaga Adat Budaya Karo Runggun Merga Silima yang dipimpin oleh Drs Yusuf Pehulia Sitepu (Ketua Umum), Roy Fachraby Ginting, SH (Sekretaris Jenderal) dan DR Layari S Kaban, SIp, MBA (Bendahara Umum). Turut berpartisipasi aktif DPW Keluarga Besar Muslim Karo (KAMKA) Sumatera Utara, Persadaan Kaban Mergana Ras Anak Beruna dan Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) USU.

Bung Karno, Wartawan dan Dunia Pers Indonesia

Bung Karno melahirkan Sejumlah Gagasan-gagasan besar Tentang perjuangan Untuk kepentingan Rakyat

Catatan :

Roy Fachraby Ginting, SH,M.Kn




Dari Soekarno Kepada Jenderal Soeharto....

Naiknya Suharto di tampuk pimpinan negara dengan menggulingkan Bung Karno, serta dengan didirikannya rezim militer dan Orde Baru, yang mengakibatkan nama Indonesia menjadi terpuruk di mata banyak gerakan rakyat Asia-Afrika dan dunia. Penggulingan Bung Karno yang didahului oleh pembunuhan jutaan warganegara Indonesia, dengan peritiwa G30 SPKI serta diiringi pula dengan pemenjaraan ratusan ribu orang, yang tidak bersalah selama puluhan tahun, yang mereka anggap sebagai musuh dan noda besar atau dosa monumental yang tidak bisa diampuni sehingga harus mati secara menyedihkan di pulau Buru, penjara penjara tahanan militer yang kejam dan sadis serta pembunuhan pembunuhan yang mempergunakan rakyat dengan dalih PKI.

Ketokohan dan nama besar Bung Karno, sebagai pemimpin bangsa tidak bisa ditiru atau digantikan oleh Jenderal Suharto yang di kenal sebagai tokoh Orde Baru. Karena, ketokohan Bung Karno ini telah dibangun dalam perjuangannya sejak tahun 1926, dan sejak dalam penjara Sukamiskin di Bandung. Ketokohannya ini sudah muncul dalam Indonesia Menggugat. Dengan latar-belakang sejarah yang ini saja sudah nampak perbedaannya yang besar dengan ketokohan ala Jenderal Suharto. Kepemimpinan Suharto selama Orde Baru makin menunjukkan dengan jelas perbedaan yang besar antara mereka.

Kalau Bung Karno melahirkan sejumlah gagasan-gagasan besar tentang perjuangan untuk kepentingan rakyat dan pembangunan bangsa yang di antaramya adalah Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 yang menjadi dasar negara Republik Indonesia sampai saat ini, maka pengalaman selama lebih dari 32 tahun menunjukkan bahwa Suharto serta kawan-kawannya di masa pemerintahan Orde Baru dengan partai Golkar sebagai alat politik yang tetap menang Pemilu selama 32 tahun pemerintahannya, tidak bisa menciptakan gagasan-gagasan besar.

Bahkan sebaliknya, Suharto beserta pemerintahan Orde Baru dan Golkar-nya telah merusak gagasan-gagasan besar Bung Karno, yang akibatnya adalah terjadinya kemiskinan bangsa yang tidak pernah tuntas dengan peninggalan hutang luar negeri yang demikian besar serta terjadinya korupsi yang menggurita dan merajalela seperti yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negara kita dewasa ini.

Dengan melihat latar-belakang yang demikian, maka orang bisa mengerti mengapa setelah Bung Karno digulingkan oleh para pendiri Orde Baru, maka banyak hal yang bersangkutan dengan KWAA atau PWAA kemudian juga seolah-olah menghilang dari persoalan bangsa Indonesia. Disebabkan oleh politik Orde Baru, maka semakin lama semakin banyak orang yang melupakannya. Bahkan, banyak orang yang sekarang ini tidak tahu bahwa ada peristiwa yang begitu penting dalam sejarah dunia pers dan kewartawanan Indonesia dalam skala tingkat internasional, khususmya dalam menyuarakan perjuangan rakyat Asia Afrika yang sedang berjuang merebut kemerdekaan dan kebebasannya sebagaimana semangat konprensia Asia Afrika di Bandung.

Politik Orde Baru adalah, sebisa mungkin dengan segala cara mengkerdilkan atau menghilangkan peran Bung Karno dalam segala hal, termasuk juga hal-hal yang berkaitan dengan terselenggaranya KWAA. Orde Baru melihat hubungan yang erat antara politik Bung Karno dengan arah politik Konferensi Bandung dan arah politik yang dianut oleh KWAA dan PWAA.

Di antara cara-cara untuk mengkerdilkan atau menghilangkan peran Bung Karno adalah, antara lain disebarkannya fitnah, insinuasi, atau ungkapan-ungkapan negatif seperti Bung Karno adalah megalomaniac gila terhadap segala yang besar, seorang demagog atau pembangkit semangat rakyat demi kekuasaan, seorang yang suka menonjolkan diri, seorang yang menyukai kultus individu, seorang yang mengutamakan gebyar, dan segala macam cap negatif lainnya, yang selama ini sudah kita dengar.

Namun, adalah sayang sekali bahwa peristiwa yang penting ini tidak pernah diperingati secara layak sejak lahirnya Orde Baru. Gara-gara politik anti-Sukarno yang dianut Orde Baru, maka para wartawan Indonesia pun banyak yang takut, atau enggan, untuk menulis soal konferensi besar yang pernah menjadi kebanggaan nasional dan internasional ini. Di samping itu, mungkin tidak banyak lagi bahan atau dokumen tentang KWAA ini yang bisa ditemukan sekarang ini. Ada baiknya wartawan Indonesia kembali menggali peranan pers dan wartawan Indonesia di forum internasional.

Maka sudah sewajarnya kalau Wartawan dan journalis Indonesia mengenang dan mengabadikan nama besar Bung Karno yang pada jamannya telah turut mengambil andil yang mbesar dalam mengangkat harkat dan martabat wartawan Indonesia

Catatan penulis ;

Penulis adalah Mantan wartawan Calon Anggota PWI kota Medan, pernah menjadi wartawan Harian Medan Pos, SKM Taruna Baru, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi karo Post